Tuesday, October 27, 2020

Asyiknya Pembelajaran Daring

 

Artikel Lomba Blog

Peran Teknologi Terkini dalam Membuat Pembelajaran Daring (Online) dan Luring (Offline) Menjadi Semakin Menyenangkan

 


Mari kita refleksi sejenak tentang kondisi yang kita alami saat ini. Nyata bahwa pandemi Covid 19 telah mempengaruhi banyak hal, dari segi ekonomi, social, politik, pendidikan dan hampir semua lini kehidupan manusia. Di bidang pendidikan khususnya, pandemic ini memaksa pembelajaran untuk keluar dari ruang kelas dan masuk ke ruang kelas maya. Hal ini terjadi di semua level pendidikan, dari sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, professional, sertifikat dan informal.



Berkaitan dengan pendidikan jarak jauh yang bagi kita masih tergolong baru dan sampai saat ini masih banyak memerlukan penyesuaian tentu saja menjadi tidak mudah untuk melewatinya. Disinilah peran pendidikan dituntut untuk tetap eksis berkontribusi mencerdaskan anak bangsa ditengah kondisi pandemic. Pemerintah, sekolah, guru, masyarakat dan orang tua harus bersinergi mengatasi persoalan yang terjadi khususnya seputar pembelajaran jarak jauh.

Guru perlu mengkaji ulang materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan keadaan. Guru tidak harus memaksakan diri menyampaikan semua kompetensi dasar yang ada seperti pada saat pembelajaran tatap muka normal. Guru perlu menyadari bahwa yang terpenting dalam proses pendidikan adalah adanya perubahan tingkah laku peserta didik. Sikap mental positif, kejujuran, disiplin, tanggung jawab dan menumbuhkan karakter baik itulah yang harus diutamakan dalam proses pembelajaran.

Forum MGMP dapat dimanfaatkan untuk bersama-sama menyederhanakan konten pembelajaran, menyesuaikan kegiatan pembelajaran, mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran, mempersiapkan evaluasi pembelajaran, menambahkan keterampilan sederhana, life skill dan kegiatan sejenis yang dapat dilakukan di rumah bersama orang tua. Selanjutnya guru perlu mengkomunikasikan weekly plan pembelajaran kepada orang tua guna bersama-sama mendampingi dan memantau perkembangan siswa. Konten pembelajaran ini akhirnya akan sangat beragam. Masing-masing sekolah memiliki kondisi berbeda dalam hal fasililtas, kondisi geografis, tenaga pendidik, support system dan banyak hal lainnya. Hampir tidak bisa disamakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Inilah uniknya pembelajaran jarak jauh.

Keunikan pembelajaran jarak jauh menuntut guru masa kini untuk mampu menguasai metode pembelajaran yang berbasis internet dan Learning Management System agar guru lebih terampil dalam menggunakan media dan berbagai aplikasi pembelajaran. Saat ini justru guru lah yang seharusnya mendapat prioritas dukungan untuk mengembangkan potensinya. Guru perlu dibekali dengan keterampilan menggunakan berbagai aplikasi LMS semisal Zoom, Microsoft Teams, Google Meet, Whatsapp, Ruang Guru, YouTube, Quizizz, Podcase, Blog dan sebagainya.

Berbagai macam aplikasi Learning Management System yang tersedia tentu saja perlu dicoba digunakan agar guru dan siswa bisa merasakan kelebihan dan kekurangannya. Misalnya aplikasi video converence yang memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya mampu menciptakan ruang kelas dimana semua peserta bisa hadir dan saling menyapa meskipun berada di rumah masing-masing. tanya jawab secara langsung dapat dilakukan antara guru dan siswa selayaknya didalam kelas. peserta didik bisa menyampaikan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kepada teman dan gurunya agar bisa saling membantu. Fasilitas video conference baik melalui Zoom Meeting, Google Meet atau melalui Teams  dapat digunakan sebagai sarana membangun kedekatan meskipun berjauhan.

Penggunaan video pembelajaran hasil karya guru maupun karya orang lain yang diunggah di chanel YouTube dapat menjadi solusi untuk penjelasan detail seputar materi pembelajaran. Guru pun perlu belajar membuat video pembelajaran sendiri agar konten yang disampaikan lebih tepat. Belajar editing video saat ini lebih mudah dilakukan hanya meskipun hanya bermodal smart phone. Beberapa aplikasi editing video beserta tutorialnya juga mudah didapat. Contohnya aplikasi Kinemaster, Camstasia, Filmora, Viva Video dan sebagainya. Yang penting ada kemauan guru untuk mencoba memproduksi video pembelajaran sendiri.

Jika guru belum merasa nyaman dengan video tetapi ingin menyampaikan penjelasan, argumen, narasi, motivasi maupun cerita maka aplikasi lain seperti Podcast dapat digunakan. Guru cukup merekam suara melalui smart phone secara sederhana maka jadilah media pembelajaran berbasis audio. Dengan cara ini guru dapat memberikan nilai-nilai karakter melalui cerita atau dongeng. Dan salah satu cara belajar yang disukai anak adalah mendengarkan dongeng. Inilah salah satu sarana efektif belajar yang menyenangkan. 

Aplikasi interaktif lainnya dapat dilakukan melalui Whatsapp group, Google Clasroom maupun Teams Office 365. Masing-masing memiliki keunggulan berbeda. Pada setiap aplikasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengirimkan tugas, menjelaskan materi pembelajaran, interaktif dengan chat, mengirimkan gambar, video maupun melakukan video conference.     

Media online lain yang asyik dan mudah digunakan salah satunya adalah blog. Saat ini mulai booming istilah guru bloger. Harapannya melalui blog, guru-guru masa kini mulai aktif menggunakan media blog untuk aktivitas pembelajaran, media menulis dan publikasi karya tulis, menyimpan dokumen pembelajaran, materi, video pembelajaran dan sebagainya. Para guru yang sudah mulai aktif dengan blog sudah mampu merasakan kemudahan dan manfaat yang diperoleh melalui blog. Guru akan tetap mampu mengajar secara online meskipun sedang tidak berada di sekolah maupun di rumah, sedang dalam perjalanan bahkan sedang tidak membawa laptop. Karena guru sudah bisa menyimpan berbagai materi pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran lainnya dalam blog pribadi yang bisa diakses kapan saja. 

Bisa jadi, guru yang baru mengenal blog akan menyesal kenapa tidak menggunakan fasilitas ini dari dulu. Inilah salah satu hikmah dibalik musibah pandemi. Personal pembelajaran jarak jauh yang dihadapi pada akhirnya akan melahirkan pemikiran baru, solusi baru yang lebih baik dan bermanfaat. Intinya adalah perubahan mindset dari guru. Situasi apapun jika disikapi dengan bijak, berusaha selalu mencari solusi, mau bertumbuh dan belajar lagi akan mampu mengatasi semua peroalan yang ada.

Saatnya guru mampu menjadi produsen digital, tidak lagi hanya pengguna semata. Guru perlu bersemangat menghasilkan karya digital terbaik dengan konten-konten positif untuk turut serta membangun bangsa. Guru sebagai ujung tombak perubahan. Mengambil peran perubahan dalam kondisi saat ini meskipun terlihat sederhana bisa jadi memberi dampak positif dan manfaat bagi generasi kita.

Semangat terus berkarya..

 

 

Wednesday, October 21, 2020

Sunday, October 18, 2020

Buku Teks Karya Guru

 

Sebuah Narasi Tentang Anggaran Buku

#Buku Teks Pelajaran Karya Guru

Part 2

Pandemi Covid 19 telah mempengaruhi banyak hal, dari segi ekonomi, social, politik, pendidikan dan hampir semua lini kehidupan manusia. Di bidang pendidikan khususnya, pandemic ini memaksa pembelajaran untuk keluar dari ruang kelas dan masuk ke ruang kelas maya. Hal ini terjadi di semua level pendidikan, dari sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, professional, sertifikat dan informal.



Berkaitan dengan pendidikan jarak jauh yang bagi kita masih tergolong baru dan sampai saat ini masih banyak memerlukan penyesuaian tentu saja menjadi tidak mudah untuk melewatinya. Rasanya sudah tak terhitung lagi berapa banyak keluh kesah yang kita dengar ketika memulai perbincangan seputar belajar jarak jauh. Memang seperti itulah adanya, tidak bisa kita pungkiri kenyataan yang kita hadapi saat ini. Persoalan pendidikan, proses kegiatan belajar mengajar, media pembelajaran, motivasi belajar sampai dengan persoalan peserta didik secara individu akan terus kita hadapi sepanjang kita berada didalamnya dan sepanjang kita peduli dengan generasi penerus kita. 

Orang tua sebagai guru pertama dan guru sebagai orang tua kedua rasanya akan menjadi kolaborasi yang mampu memberikan harapan tumbuhnya generasi kita menjadi lebih baik. Ditengah berbagai persoalan yang muncul maka orang tua dan guru harus berbenah, menyesuaikan diri, menambah keilmuan dan mau berbagi dengan orang lain atau memiliki komunitas baru untuk belajar berama-sama. Dari sini diharapkan akan muncul gagasan, ide atau cara yang solutif dalam menghadapi tantangan.

Bagi guru tentu saja perlu mengkaji ulang materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan keadaan. Diperlukan pemahaman bahwa guru tidak harus memaksakan diri menyampaikan semua kompetensi dasar yang ada seperti pada saat pembelajaran tatap muka normal. Hal ini pun telah disampaikan oleh Kementerian Pendidikan diawal tahun ajaran baru 2020/2021 bahwa sekolah dapat memilih kurikulum yang akan digunakan. Apakah dengan menggunakan kurikulum 2013 versi 2018 secara utuh atau menggunakan kurikulum revisi tahun 2020 ataukah dengan menggunakan kurikulum mandiri.

Versi kurikulum revisi tahun 2020 dalam rangka menyederhanakan materi pembelajaran akibat pandemic Covid 19 telah memberikan gambaran bahwa guru perlu menata ulang rancangan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Guru dapat berkolaborasi dalam forum MGMP mata pelajaran untuk menyederhanakan kompetensi dasar dan mendapatkan kompetensi inti yang diperlukan. Pembahasan yang diperlukan dapat berkisar antara lain tentang : menyederhanakan konten pembelajaran, menyesuaikan kegiatan pembelajaran, mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran, mempersiapkan evaluasi pembelajaran, menambahkan keterampilan sederhana, life skill dan sejenisnya hingga mencantumkan link blog berkaitan dengan materi pembelajaran maupun video tutorial pada chanel youtube . Artinya guru kembali merancang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media, evaluasi hingga kegiatan dan link pendukungnya untuk disesuaikan dengan kondisi pembelajaran jarak jauh.

Termasuk merancang kegiatan peserta didik selama belajar di rumah bersama dengan orang tuanya. Kegiatan praktikum sederhana maupun keterampilan hidup dasar atau jenis kegiatan lainnya juga perlu ditambahkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Serta panduan bagi orang tua yang akan mendampingi berbagai kegiatan dan proses belajar anak di rumah. Hal ini tentu saja akan sangat bervariasi karena berkaitan dengan berbagai pertimbangan guru dalam merumuskannya secara mendetail serta dengan memperhatikan jenjang pendidikan atau rentang usia peserta didik, kondisi geografis dan kondisi social di lingkungan sekitar peserta didik.

Artinya bahwa pembelajaran jarak jauh saat ini bersifat sangat unik. Hampir tidak bisa disamakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain atau suatu daerah dengan daerah yang lain. Disinilah guru dituntut mampu menyusun buku teks pembelajaran sendiri yang telah disesuaikan. Dengan kata lain hal ini menggambarkan bahwa buku teks pelajaran bagi peserta didik yang dicetak oleh penerbit mayor hampir tidak sepenuhnya digunakan. Meskipun tetap masih memungkinkan untuk menjadi buku referensi bagi guru maupun peserta didik.   

Buku-buku referensi terkini sangat dibutuhkan guru dalam mengembangkan, merencanakan dan menyusun buku teks pembelajaran dimasa pandemic. Saat ini justru guru lah yang seharusnya mendapat prioritas dukungan untuk mengembangkan potensinya. Termasuk berbagai workshop atau pelatihan berbagai keterampilan yang dibutuhkan guru pada saat pembelajaran jarak jauh. Menguasai metode pembelajaran yang berbasis internet dan Learning Management System agar guru lebih terampil dalam menggunakan media dan berbagai aplikasi pembelajaran. Guru perlu dibekali dengan berbagai aplikasi LMS semisal Zoom, Microsoft Teams, Google Meet, Whatsapp, Ruang Guru, YouTube, Quizizz, Blog dan sebagainya.

Upgrade pengetahuan dan keterampilan guru lebih banyak mengembangkan diri berkaitan dengan kompetensi paedagogi, kompetensi social dan professional. Dari setiap individu guru inilah  diharapkan akan mampu mentransfer pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap hidup dan banyak hal baik lainnya kepada peserta didik. Karena memang kondisi pandemic saat ini tidak bisa disamakan dengan kondisi normal sebelumnya. Dan pendidikan merupakan sarana tepat agar manusia mampu mengatasi segala persoalah hidup yang terjadi.

Guru sebagai ujung tombak perubahan. Mindset untuk terus bertumbuh dan mengembangkan diri dari seorang guru diharapkan dapat berimbas kepada peserta didik dan lingkungannya untuk mampu memahami dan tetap berpikiran positif meskipun dalam kondisi yang tidak mudah. Mengambil peran perubahan dalam kondisi saat ini meskipun terlihat sederhana bisa jadi memberi dampak positif dan manfaat bagi sesama.       

Berbagai tantangan yang ada pada akhirnya akan menjadi ilmu baru, sudut pandang baru, metode atau cara-cara baru yang berhasil ditemukan oleh manusia melalui proses pendidikan. Inilah hikmah dibalik peristiwa. Memang tidak serta merta terwujud hal-hal baru yang bermanfaat bagi manusia, berbagai tantangan itu awalnya tentu membuat ketidaknyamanan. Dan disitulah wujud kemurahan sang Maha Pencipta kepada hambanya yang mau dengan sabar menghadapi kesulitan, yaitu akan ada kemudahan.

Thursday, October 8, 2020

Sebuah Narasi Tentang Anggaran Buku

 Sebuah Narasi Tentang Anggaran Buku

Oleh : Wiwi Purnawati

Semenjak diberlakukannya Kurikulum 2013 berikutnya menyusul kebijakan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah berkaitan dengan regulasi tentang buku teks pembelajaran. Surat edaran yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Sekolah yang menyelenggarakan Kurikulum 2013 wajib membeli buku teks Kurikulum 2013 melalui e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dengan menggunakan dana BOS.



Sesuai dengan Permendikbud Nomor 1 Tahun 2018 dan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknik Penggunaan Dana BOS, bahwa alokasi penggunaan dana BOS 20% untuk pembelian buku sebetulnya adalah dalam rangka mewujudkan pendidikan bebas biaya untuk pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun. Namun pada kenyataannya menyisakan beberapa persoalan baru, baik dari sisi pendidik, peserta didik bahkan lebih luas berdampak pada sepinya penerbit dan toko buku. Karena memang pengadaan buku sendiri telah ditetapkan pada beberapa penerbit yang telah disetujui oleh pemegang kebijakan.

Umumnya ketika tahun ajaran baru akan banyak orang tua dan siswa berburu buku, namun saat ini toko buku tidak seramai dulu. Minat baca masyarakat juga belum mengalami peningkatan yang berarti. Kini tidak lagi tampak kerumunan pengunjung di toko buku yang berburu buku pelajaran maupun buku referensi penunjang pelajaran. Usaha percetakan dan toko buku ibarat mati suri. Jangankan meraih keuntungan diawal tahun ajaran baru, sekedar bertahan sampai tidak gulung tikar saja sudah untung.

Satu sisi buku siswa yang wajib dibeli dari dua puluh persen anggaran BOS ternyata harus berganti setiap tahunnya. Ditambah kondisi mayoritas sekolah yang belum melek literasi. Sehingga fenomena yang muncul bahwa buku itu sekedar dibeli tetapi masih minim pemanfaatannya. Sementara tahun berikutnya sudah berganti buku dengan cetakan terbaru.

Pada akhirnya perpustakaan sekolah tidak mampu lagi menampung ribuan buku teks pelajaran didalamnya. Bahkan nampak terjadi pergeseran fungsi perpustakaan yang seharusnya mendukung program literasi sekolah dengan menyediakan aneka macam buku referensi tetapi yang terjadi perpustakkan sekolah justru penuh sesak dengan buku siswa yang tidak lagi digunakan karena telah tergantikan dengan buku cetakan terbaru.

Buku referensi, diktat ataupun modul sebetulnya sangat dibutuhkan baik oleh siswa maupun guru untuk menunjang pembelajaran. Tanpa buku penunjang tentu saja siswa dan guru akan mengalami hambatan dalam kegiatan belajar mengajar. Hanya saja buku teks siswa setiap mata pelajaran  umumnya cukup tebal. Hal ini sebetulnya wajar karena buku itu juga berfungsi sebagai rujukan atau buku referensi.

Bagi peserta didik sendiri, ada rasa enggan untuk membawa banyak buku tebal. Alih-alih digunakan untuk menunjang pembelajaran justru banyak ditinggalkan di laci meja sekolah. Disisi lain minat baca siswa masih sangat rendah. Jangankan belajar mandiri bahkan pada saat pembelajaran pun beberapa siswa lebih memilih melihat materi atau catatan di buku temannya daripada harus membuka buku teksnya sendiri.  Inilah salah satu PR besar bagi para guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang mampu mendorong minat baca siswa.

Salah satu cara mensiasati agar siswa membaca sendiri materi ajar yang disampaikan yaitu dengan menyajikan lembar kerja siswa secara lebih praktis dilengkapi dengan materi ajar yang dibutuhkan. Sehingga mau tidak mau siswa dituntut harus membaca. Sajikan buku pegangan siswa yang tidak terlalu tebal tetapi sarat dengan materi yang diperlukan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran itu sendiri yang mampu menakar kemampuan peserta didik dan mampu memilih serta memilah kebutuhan materi ajar sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Guru sendiri yang akan membuat skenario pembelajaran di kelas termasuk menyediakan sarana penunjangnya. Mulai dari tujuan pembelajaran, materi inti, materi pengayaan, lembar diskusi siswa sampai dengan soal-soal latihan yang diperlukan. Inilah yang membedakan buku teks cetakan penerbit dengan buku teks yang disusun oleh guru mata pelajaran sendiri.

Selain memberikan manfaat lebih bagi peserta didik, buku teks karya guru juga sangat bermanfaat bagi guru. Terlebih semenjak diberlakukannya Permen PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional dan angka kreditnya. Peraturan tersebut menuntut guru melakukan kegiatan keprofesian berkelanjutan dan pengembangan diri. Termasuk tuntutan pengembangan diri yang dimaksud adalah membuat publikasi ilmiah. Salah satu bentuk publikasi nilmiah yang mudah dikerjakan oleh guru adalah membuat buku teks pelajaran.

Jika hal ini dipadukan, yaitu antara kebutuhan siswa akan buku teks pelajaran dan kebutuhan guru untuk penilaian pengembangan diri dengan menyususn buku teks pelajaran maka akan berdampak lebih positif. Kelebihan buku teks pelajaran hasil karya guru bisa dipastikan akan lebih efektif dan efisien penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran.

Regulasi yang ada berkaitan dengan penggunaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah sebesar dua puluh persen  yang dialokasikan untuk pengadaan buku teks pelajaran seharusnya lebih fleksibel dengan memberikan peluang bagi guru untuk berkarya menghasilkan buku teks pelajaran sendiri. Disamping guru mampu menghasilkan karya menerbitkan buku teks pelajaran, maka secara otomatis kompetensi guru akan meningkat. Baik kompetensi teknis berkaitan dengan mata pelajaran yang diampunya maupun kompetensi dalam bidang penulisan. Hal ini tentu saja menyebabkan literasi guru akan meningkat karena sebetulnya tidak hanya peserta didik yang membutuhkan buku referensi ataupun buku penunjang pembelajaran, melainkan guru juga lebih memerlukannya. Pada akhirnya guru akan berpacu untuk mengembangkan dan menghasilkan buku teks pelajaran setiap tahun.

Keuntungan yang lain dari sisi penerbitan buku yaitu akan semakin banyak usaha menengah dibidang penerbitan yang akan terbantu. Tidak hanya penerbit besar saja yang akan mendapat orderan menerbitkan buku teks pelajaran tetapi lebih meluas ke penerbit-penerbit skala kecil dan menengah. Sehingga akan meningkatkan pemerataan taraf ekonomi masyarakat.

 Dua puluh persen dari anggaran BOS bukanlah nominal yang sedikit. Akan jauh lebih memberikan dampak positif jika pengelolaannya lebih tepat. Tulisan ini bukan bermaksud mengkritik kebijakan yang berlaku, tetapi hanya sekedar menyampaikan sudut pandang yang berbeda berkaitan dengan alokasi anggaran buku. Dari sudut pandang penulis pribadi bahwa regulasi berkaitan dengan buku teks pelajaran yang diatur sedemikian rupa bertolak belakang dengan regulasi tentang kegiatan keprofesian berkelanjutan dan pengembangan diri bagi guru. Penulis berharap regulasi pemerintah berkaitan dengan pengembangan diri bagi guru juga didukung dengan regulasi lainnya yang sejalan. 

Tuesday, October 6, 2020

Membaca Memperkaya Kosakata

 

Narasumber : Abdul Hakim Busro

 

“Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh oleh ketakutan.”

(Abdul Hakim Busro)



Kecerdasan berbahasa akan membuat kita menjadi sosok yang luar biasa. Itulah yang disampaikan oleh Bapak Abdul Hakim, narasumber kelas belajar menulis kali ini. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan Timur. Prestasina luar biasa, dari mulai Juara lomba kreatifitas guru tingkat nasional hingga Juara Olimpiade Guru Nasional.  

Belajar berkomunikasi seperti halnya belajar bersepeda, jika kita sering berlatih maka akan semakin terampil. Ada empat tingkatan kemahiran berbahasa. Hal yang pertama adalah mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca dan yang keempat adalah menulis.  Inilah keterampilan berbahasa yang perlu untuk selalu diasah dan ditingkatkan.

Pak Hakim memulai dengan sebuah kalimat bijak. Membaca adalah gerbang utama sekaligus kunci pembuka bagi yang ingin menggenggam keberhasilan (Abdul Hakim Busro). Dan memang begitulah adanya, membaca akan menambah wawasan dan jumlah perbendaharaan kata (kosakata) yang terekam dalam memori kita.

Kata adalah senjata, karena semua berawal dari kata. Dengan kata, kita dapat memberikan cinta, dengan kata pula dapat tergores luka hati. Juga dengan kata, kita dapat berkreatifitas dengan banyak hal, menulis puisi, menulis cerita, memotivasi dan sebagainya.

Untuk menjadi penulis yang baik maka kita harus mengaktifkan kosakata lebih banyak lagi. Dari 109.000 kosa kata aktif yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2018, seberapa banyak kah kosa kata yang sudah kita miliki? Maka sudah cukupkah modal kosakata kita untuk menjadi penulis? Karena penguasaan kosakata berimplikasi positif bagi keterampilan menulis dan berbicara. Itulah yang disebut dengan komunikasi efektif.

Semakin banyak kosakata yang kita miliki maka hasil karya tulis kita akan semakin baik. Kita akan mampu memilih dan memilah kosakata yang sesuai dengan konteks tulisan yang kita buat. Kalimat demi kalimat akan tersusun dengan lebih baik dan tidak membosankan. Kita tidak akan mengulang-ulang kata-kata yang sama sehingga membosankan.

Seorang penulis akan merangkai kata menjadi sebuah teks maupun menjadi sebuah paragraph. Maka diperlukan perbendaharaan kosakata yang banyak untuk bisa menulis. Jika kita minim literasi, maka jangankan satu paragraph atau sebuah teks, bahkan memulai kalimat pertama saja akan merasa kurang yakin.

 Kita mulai belajar dari “kata”, karena semua tulisan akan berawal dari kata. Menguasainya dengan baik adalah kunci untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya Maka, banyak-banyaklah membaca untuk memperkaya kosakata dan pengetahuan kita.

Membaca dapat membuat otak tetap aktif dan bereaksi untuk melakukan fungsinya secara baik. Membaca juga dapat memperkuat kemampuan berpikir dan menganalisis. Orang-orang hebat adalah mereka para pembaca hebat. Konsep membaca adalah budaya membaca apapun yang dianggap penting, meskipun kita sedang tidak membutuhkan sesuatu. Artinya, membaca tidak hanya karena kepepet dituntut harus membaca karena suatu tugas, melainkan sudah menjadi budaya membaca. Hal ini mampu memperkaya memori kita, sehingga pada saat dibutuhkan maka akan mampu memanggil dan meramunya menjadi satu tulisan yang menarik.

Membaca, mendengar,  menulis dan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang harus terus dilatih. Orang yang berlatih menulis dan berbicara tetapi minim membaca akan berbeda dengan orang yang berlatih menulis, berbicara dan gemar membaca.

 Apa yang kita baca maka akan mampu membuat kita lebih terampil dalam keterampilan berbahasa baik tulis maupun lisan. Dan salah satu menampilkan citra diri yang baik yaitu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik.

Menulis memang tidak harus dengan kata-kata tertentu yang sulit, tetapi tulisan dengan variasi kosakata yang banyak maka akan menjadi lebih menarik. Sehingga membaca akan menjadi rekreasi tersendiri. Variasi membaca juga diperlukan, jadi tidak terpaku pada satu atau dua jenis bacaan. Membaca buku biografi, membaca majalah, sejarah maupun info terkini diperlukan untuk kolaborasi sebuah tulisan.

Selain tentang kosakata. sekurangnya ada dua lagi yang perlu untuk dipelajari yaitu tentang konsep berbahasa dan bagaimana pengutamaan Bahasa Indonesia dalam konteks yang tepat di kehidupan seharai-hari. Menulis menggunakan bahasa seprti apa, itu tergantung dari jenis tulisan kita. Tidak selalu harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai EYD atau sesuai bahasa baku dalam KBBI. Akan tetapi, menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan konteksnya  dan sesuai dengan kebutuhannya itu "wajib" hukumnya.

Jadi bingkai tulisan sepatutnya dupayakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selebihnya bisa sesuai kebutuhan. Tentu saja secara penulisan harus dicetak miring jika memang itu bukan bahasa baku. Dalam konteks cerita, misalnya cerpen maka kata-kata yang digunakan dalam bentuk kalimat percakapan yang ditandai dengan tanda kutip agar lebih fleksibel.

Menulis didalam blog menurut Pak Hakim, panjang atau pendeknya tulisan bukanlah sebuah batasan, tetapi bagaimana sebuah tulisan sudah mampu mewadahi apa yang menjadi keinginan kita dalam menulis. Sudahkah tersampaikan ide atau gagasan dalam tulisan kita. Jadi ukurannya apakah kira-kira jika dibaca orang, tulisan kita sudah cukup jelas maksudnya.

Pada akhirnya yang menemukan kesadaran untuk memiliki budaya membaca adalah diri kita sendiri. Termasuk membiasakan diri membaca dari hal-hal yang ringan. Jika kita sudah mulai menyadari pentingnya membaca maka seharusnya sudah mampu menggerakan kita untuk membaca. Karena memang berbahasa adalah keterampilan yang harus dilatihkan secara berulang atau terus-menerus.

Teruslah membaca dan berkarya


Sunday, October 4, 2020

Membuat Buku dari Hasil Ngeblog

 Narasumber : Wijaya Kusuma

“Menulis adalah kemahiran berbahasa yang keempat. Hal yang pertama adalah mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca dan yang keempat sekali lagi adalah menulis”

Wijaya Kusuma, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi, 2012


         Bersama dengan sang inisiator kelas belajar menulis PGRI, kali ini beliau sendiri Om Jay yang menjadi narasumber. Kisah beliau selama belasan tahun ngeblog hingga menerbitkan banyak buku akan disampaikan sekaligus memotivasi para peserta untuk aktif menulis. Guru SMP Labschool ini selalu bersemangat dengan gaya riangnya berkisah dan menginspirasi para peserta. Berkat jasa beliaulah saat ini banyak guru yang mulai menebitkan bukunya sendiri.

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi Om Jay melihat kawan kawan guru mulai menerbitkan bukunya sendiri. Inilah buah dari belajar menulis dan menerbitkan buku. Siapa yang fokus pasti akan lulus dan mendapatkan sertifikat pelatihan 40 jam. Tak sekedar mampu menghasilkan karya, di group kesayangan ini peserta saling memotivasi, saling mengunjungi blog dan belajar bersama-sama hingga terjalin kebersamaan meskipun tak berjumpa.

Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi. Itulah salah satu buku karya Om Jay yang dihasilkan dari aktivitasnya dalam dunia blog beberapa tahun ini. Tema materi kuliah malam ini adalah membuat buku dari hasil ngeblog. Om Jay yang jadi pemateri pengganti akan berbagi kisah tentang 4 bukunya yang terbit karena menulis di blog. Inilah salah satu keuntungannya, Om Jay mampu menerbitkan buku dengan rutin menulis di blog.

Rajinlah menulis di blog kemudian kumpulkan dan buatlah menjadi sebuah buku. Anda akan merasakan keajaiabannya. Dari catatan harian di blog pun mampu menjelma menjadi buku. Hingga terwujud Buku Catatan Harian Seorang Guru Blogger (2020). Buku ini diterbitkan dalam waktu 6 bulan. Dikerjakan dengan sangat teliti oleh Pak Sukarno selaku editor dari kota Semarang. Tulisan-tulisan dalam buku ini diambil dari kisah nyata omjay yang ditulis di blog kompasiana.com/wijayalabs. Sebuah blog keroyokan yang dikelola oleh kompas group

Buku berikutnya yang diterbitkan Om Jay adalah Melejitkan Keterampilan Menulis Siswa (2020). Buku ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang lolos masuk final lomba karya tulis inovasi pembelajaran tingkat nasional. Awalnya Om Jay tidak memahami bahwa laporan hasil PTK bisa dijadikan buku ber-ISBN. Namun setelah belajar kepada Pak Lukman di Jawa Timur secara online akhirnya Om Jay menjadi tahu ilmunya. Sang editor, Bu Hati dari Bandung yang bertangan dingin berhasil menyulap buku hasil PTK tersebut hingga akhirnya terbit menjadi buku dan banyak yang memesannya

Berkat buku inilah sang penulis mendapatkan hadiah berangkat ke negeri Panda untuk kursus singkat belajar STEAM di China University of Mining and Technology (CUMT). Program pelatihan guru di China ini diikuti oleh 50 orang guru SD dan SMP. Mereka dikirimkan ke negeri tirai bambu karena ditetapkan sebagai guru berdedikasi dan berprestasi oleh kemdikbud RI pada bulan Maret 2010.

Selanjutnya adalah buku Blogger Ternama (2017). Buku ini adalah buku yang diterbitkan dari hasil menulis di blog selama 6 bulan. Buku terbitan Camp Pustaka ini berisi tentang kisah nyata Omjay menulis di blog dan menjadi blogger ternama. Hingga akhirnya diundang makan siang di istana negara oleh Presiden Jokowi. Gemeter di kaki dan sempat keder mau berbicara apa, sempat dirasakan juga oleh Om Jay ketika harus bicara di depan preside republik Indonesia.

Buku blogger ternama ini tidak mengajari guru bagaimana cara membuat blog. Sebab menurut Om Jay jika hanya cara untuk membuat blog dapat dengan mudah kita dapatkan di google dan youtube. Tetapi melalui buku ini Omjay justru mengajak kawan-kawan guru untuk menulis di blog dan kemudian merajut tulisannya menjadi buku yang layak jual.

Buku Blogger Ternama berkisah tentang bagaimana seorang Om Jay yang merasa guru yang biasa-biasa saja dapat menjadi guru yang luar biasa berkat rajin menulis di blog. Dari situlah kemudian Om Jay diundang keliling Indonesia dan diajak makan siang di istana negara bersama Presiden Jokowi. Bahkan Omjay bisa berbulan madu gratis ke Singapura gara-gara menulis di blog.

Beliau bukan mau menularkan virus corona, tapi menularkan virus ngeblog di kalangan guru Indonesia. Dengan begitu para guru bisa menjadi blogger ternama dan menjadi guru blogger Indonesia. Itulah harapan Omjay melalui buku ini.

            Buku pertama Om Jay yang diterbitkan oleh penerbit mayor (Penerbit Indeks Jakarta) adalah buku Menulislah Setiap Hari (2012). Begitu seringnya naskah buku beliau ditolak oleh penerbit mayor, tak membuat Om Jay putus asa. Bahkan perlu waktu 3 tahun untuk menerbitkan buku ini. Banyak pihak yang berjasa dalam penerbitan buku ini, mereka diantaranya adalah Mbak Abdah Khan yang mampu menjadikan buku ini enak dan renyah dibaca. Kemudian, berkat tangan dingin Mas Yuan Acita sang editor sehingga buku ini laku keras dan tersebar ke seluruh Indonesia. Dari hasil penjualan buku tersebut, Omjay bisa membeli rumah baru yang cukup untuk berlibur bersama keluarga di Wanaraja, Garut, Jawa Barat.




Penerbit yang baik tentu memerlukan waktu dalam proses editingnya. Hal ini terkadang kurang disadari oleh para penulis pemula. Apalagi oleh guru yang menulis hanya untuk kenaikan pangkat. Sebagai penulis tidak bisa bekerja sendiri, dia membutuhkan orang lain seperti editor yang dapat menemukan kesalahan kita dalam menulis.

Kolaborasi antara penulis dan editor itu penting. Keempat buku yang Omjay terbitkan adalah berkat kolaborasi antara penulis dan editor. Jadi bekerjasamalah dengan editor buku supaya bukunya terbit, karena kita tak bisa bekerja sendiri.

Oleh karena itu, nikmati prosesnya dan mulailah menulis di blog. Diminta atau tidak diminta. Blog harus diisi dengan tulisan yang menarik dan menginspirasi. pengunjung pasti akan banyak berdatangan tanpa kita minta jika kita mampu menyajikan tulisan yang menarik dan menginspirasi. Hal itulah yang Omjay lakukan selama 11 tahun ini. Banyak orang mengenal Om Jay dari tulisannya yang tersebar di blog.

Perbanyak membaca karya tulis orang lain, membaca buku maupun blog walking sangat diperlukan bagi penulis. Ibatar teko, jika tidak diisi air pasti kosong. Begitu juga dengan penulis, otaknya harus diisi dengan banyak tulisan orang lain.

Kesuksesan itu butuh proses. Ibarat bertani, kita akan menghasilkan padi yang bagus kalau prosesnya bagus. Luruskanlah niat menerbitkan buku. Bukan sekedar menambah poin untuk kenaikan pangkat saja. Melainkan berbagi ilmu dan pengalaman. Ingatlah, ketika berbagi itu tidak pernah membuat kita rugi, justru akan membuka pintu rezeki yang lain.

Semangat berkarya, guru-guru hebat Indonesia…


Dari Inobel hingga TBM

 Narasumber : Emi Sudarwati



Narasumber kali ini kembali menginspirasi para peserta di kelas belajar menulis Om jay untuk selalu bersemangat berkarya dan menulis. Beliau adalah juara pertama lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional kemdikbud tahun 2016 dan telah menulis ratusan buku. Guru di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005 ini memiliki nama lengkap Emi Sudarwati.

Alumni IKIP Negeri Surabaya jurusan Bahasa Jawa ini semenjak masih berada dibangku SMA sudah mulai suka menulis cerita. Kegemaran menulis itu berlanjut hingga beliau menjadi mahasiswa. Kebahagiaan tak terlukiskan ketika cerpen perdananya dimuat disalah satu majalah. Itulah momen yang membuatnya semakin rajin menulis dan mengirimkan naskan hasil karyanya ke berbagai media. Kondisinya yang telah ditinggalkan ayahanda semenjak SMP membuatnya semakin rajin berusaha termasuk berjualan celana, baju dan jam tangan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya.

Merasa tercukupi kebutuhan hidupnya semenjak menjadi PNS, Ibu Emi berhenti menulis. Beruntung beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro pada tahun 2013 hingga akhirnya kembali bersemangat untuk menulis. Hanya saja orientasi menulisnya bukan lagi untuk mendapatkan uang melainkan ingin sukses bersama dengan anak-anak didiknya.

Tahun 2014 adalah pertama kali beliau menerbitkan buku bersama siswa. Karya novel perdananya berjudul Ngilon.

Tahun berikutnya pada 2015  beliau ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.  Awalnya ada rasa tidak percaya diri.  Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak hentinya memberikan semangat dan motivasi akhirnya Ibu Emi mengirimkan karya inovasinya meskipun dengan setengah hati.

Tidak disangka ternyata beliau mendapat panggilan sebagai finalis inobel nasional. Ibu Emi bersama 102 guru dari seluruh Indonesia diundang ke Jakarta untuk presentasi.  Ternyata tidak hanya presentasi tetapi juga ada ujian tulisnya.  Tak lupa seusai lomba seluruh finalis memanfaatkan waktu untuk berwisata di Dufan.  Meskipun saat itu belum mendapat juara namun sudah cukup merasa bangga karena mendapatkan kesempatan bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.

Masih di tahun 2015, beliau mengikuti sayembara di BBJT yaitu Balai Bahasa Jawa Timur  yang setiap tahunnya mengadakan sayembara. Perlombaan yang dilaksanakan yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.

Puji sukur Ibu Emi mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi.  Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra bersama siswa.  Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi.  Dengan status baru ini beliau merasa memiliki tanggung jawab moral agar lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga.  Bukan hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.  Dan harapannya bukan hanya di Bojonegoro semata tetapi juga sampai ke luar daerah.

Selanjutnya pada tahun 2016 Ibu Emi ditugaskan untuk mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau kembali ditugaskan lagi. Sehingga ini merupakan keikutsertaan untuk yang ke dua kalinya. Dan ternyata tidak sia-sia karena mampu menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.

Ibu Emi kembali mengirimkan karya inobel pada tahun yang sama 2016 dengan judul inobel Peningkatan hasil belajar menulis cerkak (cerpen, dalam Bahasa Indonesia) dengan SMSHP (Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan). Hanya saja kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah namun karena keinginan sendiri.  Berbekal pengalaman tahun 2015 sebelumnya yang begitu menginspirasi, kali ini beliau mengajukan karya lama yang diedit dengan tambahan sesuai  saran dari dewan juri waktu itu.  Alhasil karyanya mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).

Tak berselang waktu lama seusai lomba, Ibu Emi kembali mendapat panggilan untuk mengikuti short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negeri kaum penjajah yang super maju, berkunjung ke dua universitas terbaik yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik yaitu Van Der Capellen dan beberapa sekolah lainnya.  Tak hanya itu, semua peserta juga mendapat kesempatan berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan singgah di Brussel-Belgia.

Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Seperti biasa, sambil menyelam minum air. Jadi disamping belajar juga bisa sekaligus berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Pada kesempatan workshop di Bali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.  Tentu saja hal itu bukan hal kecil karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional.  Namanya jurnal DEDAKTIKA.

Tahun berikutnya yaitu pada 2017 Ibu Emi kembali diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatka kesempatan emas ini, beliau bersama beberapa peserta lainnya menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Karena kegemaran menulisnya maka sehari saja di kota lion mampu melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Karya ini sekedar karena tak ingin melewatkan kesempatan baik bisa jalan-jalan ke Singapura. Kapan lagi mendapatkan kesempatan baik seperti itu yang kebetulan bertepatan dengan liburan sekolah. Jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Paska menyandang predikat juara I inobel nasional di tahun 2016 maka tahun 2017 Ibu Emi belum boleh mengikuti lomba yang sama. Sehingga untuk mengusir rasa kesepian maka beliau mengajak teman-teman alumni finalis inobel nasional untuk menulis bersama dalam satu buku. Jadi istilahnya Patungan Buku Inspiratif.

Buku tersebut berisi banyak hal, bukan hanya karya yang bersifat ilmiah namun juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan tidak hanya menerbitkan buku-buku patungan namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).

Hingga tahun 2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Oleh karena sejak tahun 2018 grup patungan ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup akhirnya diubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI). Semenjak berganti nama kemudian beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain untuk menjadi nara sumber pada beberapa kegiatan seminar maupun workshop.

Di Kota Bojonegoro sendiri, Ibu Emi aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Beliau setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru yang tempatnya bisa di PBG pusat maupun di PBG kecamatan.

Selain di PBG, beliau juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. Menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karyanya ke media.  Karena memang pengalaman Menulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti guru sudah terus menerus belajar menulis.

TAHUN 2019

Tahun 2019 Ibu Emi mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya yang ditulis bersama sang suami ini dimaksudkan agar terjalin ikatan pernikahan yang semakin bahagia. Karya berikutnya yang diterbitkan yaitu 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa yang menceritakan pengalaman selama perjalanan haji dan umrah.  Sedangkan buku tunggal yang ke dua yaitu kumpulan esai Menulis dan Menerbitkan Buku Sampai Keliling Nusantara dan Dunia.  Inilah impian Ibu Emi yang menjadi kenyataan.

Seperti biasa buku patungan yang dihasilkan yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Penerbit Buku  Inspiratif.  Termasuk menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang dan penerbit lainnya meskipun yang paling banyak adalah menulis di Penerbit Majas Grup.  Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya. Judul buku yang pernah diterbitkan bersama siswa adalah Siswa Wasis, Lilani Aku dadi Srengenge, KAI (Kelas Anak Istimewa), KAH (Kelas Anak Hebat) dan lain-lain.

Di tahun 2020 ini Ibu Emi lebih memilih berkonsentrasi untuk mengelola perpustakaan pribadi menjadi Taman Baca Masyarakat yang diberi nama TBM Kinanthi. Kegiatan rutin di Taman Baca ini adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis. Tentu saja perlombaan yang diselenggarakan di TBM Kinanthi berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain karena memang bertujuan memotivasi maka semua peserta lomba sudah bisa dipasti menjadi juara, yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan. Sampai saat ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis yaitu  4 kali pelatihan langsung dan yang sekali webinar. Selain itu juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih proses di percetakan.

Dalam bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk siswa SD/MI.  Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern).  Dan masih bayak lagi agenda kegiatan yang direncanakan di tahun 2021.  Puji syukur kegiatan di TBM Kinanthi didukung oleh beberapa lembaga diantaranya Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Penerbit Majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.

Bagi Ibu Emi, menulis dan menerbitkan buku itu ternyata mudah dan sangat murah. Bagi beliau, buku adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Jika ingin lancar menulis cerpen, banyak-banyaklah membaca cerpen.  Jika ingin lancar menulis puisi, maka banyak-banyaklah membaca puisi, demikian juga yang lain. Itulah tips yang disampaikan kepada para peserta di kelas belajar menulis. Beliau juga mengajak untuk metulis sejarah sendiri.  Jangan tunggu orang lain menulis tentang diri kita.

Tips lain yang beliau sampaikan yaitu, jika mengalami kebuntuan dalam menulis maka segera jalan-jalan mencari bahan bacaan baru. Kemudian bergaulah dengan para penulis, sehingga adrenalin untuk menulis akan meningkat drastis.  Termasuk masuk didalam grup-grup pelatihan menulis seperti kelas belajar menulis Om Jay.

Ibu Emi sering membawa buku bacaan atau buku cerita ke dalam kelas, kemudian meminta salah seorang siswa membaca di depan kelas.  Sedangkan siswa yang lain mendengarkan.   Lalu semua siswa menulis ringkasan ceritanya. Selanjutnya salah satu siswa ditunjuk secara acak untuk membacakan ringkasan ceritanya.  Jadi semua harus siap jika ditunjuk, sedang yang lain cukup di tanda tangani.  Jika hal ini dilakukan 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai maka lama kelamaan siswa akan terbiasa menulis.

Bu Emi menjadwalkan diri setiap hari harus menulis. Masing-masing kita punya waktu 24 jam sehari semalam, maka luangkan waktu 10 sampai 20 menit saja untuk menulis. Kalau bisa setelah tahajud tapi kalau tidak bisa maka kapanpun bisa. Tidak semua tulisan beliau diterbitkan, beberapa dibiarkan saja menjadi tabungan di laptop atau blog.

Buku adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.  Oleh karena itu beliau ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.

Semoga kisah ini mengispirasi banyak orang.