Tuesday, October 27, 2020
Asyiknya Pembelajaran Daring
Artikel Lomba Blog
Peran Teknologi Terkini dalam Membuat Pembelajaran Daring
(Online) dan Luring (Offline) Menjadi Semakin Menyenangkan
Mari
kita refleksi sejenak tentang kondisi yang kita alami saat ini. Nyata bahwa
pandemi Covid 19 telah mempengaruhi banyak hal, dari segi ekonomi, social,
politik, pendidikan dan hampir semua lini kehidupan manusia. Di bidang
pendidikan khususnya, pandemic ini memaksa pembelajaran untuk keluar dari ruang
kelas dan masuk ke ruang kelas maya. Hal ini terjadi di semua level pendidikan,
dari sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, professional,
sertifikat dan informal.
Berkaitan dengan pendidikan jarak jauh yang bagi kita masih tergolong
baru dan sampai saat ini masih banyak memerlukan penyesuaian tentu saja menjadi
tidak mudah untuk melewatinya. Disinilah peran pendidikan dituntut untuk tetap
eksis berkontribusi mencerdaskan anak bangsa ditengah kondisi pandemic.
Pemerintah, sekolah, guru, masyarakat dan orang tua harus bersinergi mengatasi
persoalan yang terjadi khususnya seputar pembelajaran jarak jauh.
Guru perlu mengkaji ulang materi pembelajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan
menyesuaikan keadaan. Guru tidak harus memaksakan diri menyampaikan semua
kompetensi dasar yang ada seperti pada saat pembelajaran tatap muka normal.
Guru perlu menyadari bahwa yang terpenting dalam proses pendidikan adalah
adanya perubahan tingkah laku peserta didik. Sikap mental positif, kejujuran,
disiplin, tanggung jawab dan menumbuhkan karakter baik itulah yang harus
diutamakan dalam proses pembelajaran.
Forum MGMP dapat dimanfaatkan untuk
bersama-sama menyederhanakan konten pembelajaran, menyesuaikan kegiatan
pembelajaran, mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran, mempersiapkan
evaluasi pembelajaran, menambahkan keterampilan sederhana, life skill dan
kegiatan sejenis yang dapat dilakukan di rumah bersama orang tua. Selanjutnya
guru perlu mengkomunikasikan weekly plan
pembelajaran kepada orang tua guna bersama-sama mendampingi dan memantau
perkembangan siswa. Konten pembelajaran ini akhirnya akan sangat beragam.
Masing-masing sekolah memiliki kondisi berbeda dalam hal fasililtas, kondisi
geografis, tenaga pendidik, support system dan banyak hal lainnya. Hampir tidak
bisa disamakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Inilah uniknya
pembelajaran jarak jauh.
Keunikan pembelajaran jarak jauh menuntut guru
masa kini untuk mampu menguasai metode pembelajaran yang berbasis internet dan
Learning Management System agar guru lebih terampil dalam menggunakan media dan
berbagai aplikasi pembelajaran. Saat ini justru guru lah yang seharusnya
mendapat prioritas dukungan untuk mengembangkan potensinya. Guru perlu dibekali
dengan keterampilan menggunakan berbagai aplikasi LMS semisal Zoom, Microsoft
Teams, Google Meet, Whatsapp, Ruang Guru, YouTube, Quizizz, Podcase, Blog dan
sebagainya.
Berbagai macam aplikasi Learning Management
System yang tersedia tentu saja perlu dicoba digunakan agar guru dan siswa bisa
merasakan kelebihan dan kekurangannya. Misalnya aplikasi video converence yang
memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya mampu menciptakan ruang kelas dimana
semua peserta bisa hadir dan saling menyapa meskipun berada di rumah
masing-masing. tanya jawab secara langsung dapat dilakukan antara guru dan siswa selayaknya didalam kelas. peserta didik bisa menyampaikan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kepada
teman dan gurunya agar bisa saling membantu. Fasilitas video conference baik melalui Zoom Meeting, Google Meet atau melalui Teams dapat digunakan sebagai sarana membangun kedekatan meskipun
berjauhan.
Penggunaan video pembelajaran hasil karya guru
maupun karya orang lain yang diunggah di chanel YouTube dapat menjadi solusi
untuk penjelasan detail seputar materi pembelajaran. Guru pun perlu belajar
membuat video pembelajaran sendiri agar konten yang disampaikan lebih tepat.
Belajar editing video saat ini lebih mudah dilakukan hanya meskipun hanya
bermodal smart phone. Beberapa aplikasi editing video beserta tutorialnya juga
mudah didapat. Contohnya aplikasi Kinemaster, Camstasia, Filmora, Viva Video
dan sebagainya. Yang penting ada kemauan guru untuk mencoba memproduksi video
pembelajaran sendiri.
Jika guru belum merasa nyaman dengan video tetapi ingin menyampaikan penjelasan, argumen, narasi, motivasi maupun cerita maka aplikasi lain seperti Podcast dapat digunakan. Guru cukup merekam suara melalui smart phone secara sederhana maka jadilah media pembelajaran berbasis audio. Dengan cara ini guru dapat memberikan nilai-nilai karakter melalui cerita atau dongeng. Dan salah satu cara belajar yang disukai anak adalah mendengarkan dongeng. Inilah salah satu sarana efektif belajar yang menyenangkan.
Aplikasi interaktif lainnya dapat dilakukan melalui Whatsapp group, Google Clasroom maupun Teams Office 365. Masing-masing memiliki keunggulan berbeda. Pada setiap aplikasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengirimkan tugas, menjelaskan materi pembelajaran, interaktif dengan chat, mengirimkan gambar, video maupun melakukan video conference.
Media online lain yang asyik dan mudah digunakan salah satunya adalah blog. Saat ini mulai booming istilah guru bloger. Harapannya melalui blog, guru-guru masa kini mulai aktif menggunakan media blog untuk aktivitas pembelajaran, media menulis dan publikasi karya tulis, menyimpan dokumen pembelajaran, materi, video pembelajaran dan sebagainya. Para guru yang sudah mulai aktif dengan blog sudah mampu merasakan kemudahan dan manfaat yang diperoleh melalui blog. Guru akan tetap mampu mengajar secara online meskipun sedang tidak berada di sekolah maupun di rumah, sedang dalam perjalanan bahkan sedang tidak membawa laptop. Karena guru sudah bisa menyimpan berbagai materi pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran lainnya dalam blog pribadi yang bisa diakses kapan saja.
Bisa jadi, guru yang baru mengenal blog akan menyesal kenapa tidak menggunakan fasilitas ini dari dulu. Inilah salah satu hikmah dibalik musibah pandemi. Personal pembelajaran jarak jauh yang dihadapi pada akhirnya akan melahirkan pemikiran baru, solusi baru yang lebih baik dan bermanfaat. Intinya adalah perubahan mindset dari guru. Situasi apapun jika disikapi dengan bijak, berusaha selalu mencari solusi, mau bertumbuh dan belajar lagi akan mampu mengatasi semua peroalan yang ada.
Saatnya guru mampu menjadi produsen digital, tidak lagi hanya pengguna semata. Guru perlu bersemangat menghasilkan karya digital terbaik dengan konten-konten positif untuk turut serta membangun bangsa. Guru sebagai ujung tombak perubahan. Mengambil peran perubahan dalam kondisi saat ini meskipun terlihat sederhana bisa jadi memberi dampak positif dan manfaat bagi generasi kita.
Semangat terus berkarya..
Wednesday, October 21, 2020
Sunday, October 18, 2020
Buku Teks Karya Guru
Sebuah Narasi Tentang
Anggaran Buku
#Buku Teks Pelajaran
Karya Guru
Part
2
Pandemi
Covid 19 telah mempengaruhi banyak hal, dari segi ekonomi, social, politik,
pendidikan dan hampir semua lini kehidupan manusia. Di bidang pendidikan
khususnya, pandemic ini memaksa pembelajaran untuk keluar dari ruang kelas dan
masuk ke ruang kelas maya. Hal ini terjadi di semua level pendidikan, dari
sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, professional, sertifikat dan
informal.
Berkaitan
dengan pendidikan jarak jauh yang bagi kita masih tergolong baru dan sampai
saat ini masih banyak memerlukan penyesuaian tentu saja menjadi tidak mudah untuk
melewatinya. Rasanya sudah tak terhitung lagi berapa banyak keluh kesah yang
kita dengar ketika memulai perbincangan seputar belajar jarak jauh. Memang
seperti itulah adanya, tidak bisa kita pungkiri kenyataan yang kita hadapi saat
ini. Persoalan pendidikan, proses kegiatan belajar mengajar, media
pembelajaran, motivasi belajar sampai dengan persoalan peserta didik secara
individu akan terus kita hadapi sepanjang kita berada didalamnya dan sepanjang kita peduli dengan generasi penerus
kita.
Orang tua sebagai guru pertama dan guru sebagai orang tua
kedua rasanya akan menjadi kolaborasi yang mampu memberikan harapan tumbuhnya
generasi kita menjadi lebih baik. Ditengah berbagai persoalan yang muncul maka
orang tua dan guru harus berbenah, menyesuaikan diri, menambah keilmuan dan mau
berbagi dengan orang lain atau memiliki komunitas baru untuk belajar
berama-sama. Dari sini diharapkan akan muncul gagasan, ide atau cara yang
solutif dalam menghadapi tantangan.
Bagi guru tentu saja perlu mengkaji ulang materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan mempertimbangkan
dan menyesuaikan keadaan. Diperlukan pemahaman bahwa guru tidak harus
memaksakan diri menyampaikan semua kompetensi dasar yang ada seperti pada saat pembelajaran
tatap muka normal. Hal ini pun telah disampaikan oleh Kementerian Pendidikan diawal
tahun ajaran baru 2020/2021 bahwa sekolah dapat memilih kurikulum yang akan
digunakan. Apakah dengan menggunakan kurikulum 2013 versi 2018 secara utuh atau
menggunakan kurikulum revisi tahun 2020 ataukah dengan menggunakan kurikulum
mandiri.
Versi kurikulum revisi tahun 2020 dalam rangka
menyederhanakan materi pembelajaran akibat pandemic Covid 19 telah memberikan
gambaran bahwa guru perlu menata ulang rancangan pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Guru dapat berkolaborasi dalam forum MGMP
mata pelajaran untuk menyederhanakan kompetensi dasar dan mendapatkan
kompetensi inti yang diperlukan. Pembahasan yang diperlukan dapat berkisar
antara lain tentang : menyederhanakan konten pembelajaran, menyesuaikan
kegiatan pembelajaran, mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran, mempersiapkan
evaluasi pembelajaran, menambahkan keterampilan sederhana, life skill dan
sejenisnya hingga mencantumkan link blog berkaitan dengan materi pembelajaran maupun
video tutorial pada chanel youtube . Artinya guru kembali merancang tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, media, evaluasi hingga kegiatan dan link
pendukungnya untuk disesuaikan dengan kondisi pembelajaran jarak jauh.
Termasuk merancang kegiatan peserta didik selama belajar di
rumah bersama dengan orang tuanya. Kegiatan praktikum sederhana maupun
keterampilan hidup dasar atau jenis kegiatan lainnya juga perlu ditambahkan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Serta panduan bagi orang tua
yang akan mendampingi berbagai kegiatan dan proses belajar anak di rumah. Hal ini
tentu saja akan sangat bervariasi karena berkaitan dengan berbagai pertimbangan
guru dalam merumuskannya secara mendetail serta dengan memperhatikan jenjang
pendidikan atau rentang usia peserta didik, kondisi geografis dan kondisi social
di lingkungan sekitar peserta didik.
Artinya bahwa pembelajaran jarak jauh saat ini bersifat
sangat unik. Hampir tidak bisa disamakan antara satu sekolah dengan sekolah
yang lain atau suatu daerah dengan daerah yang lain. Disinilah guru dituntut
mampu menyusun buku teks pembelajaran sendiri yang telah disesuaikan. Dengan kata
lain hal ini menggambarkan bahwa buku teks pelajaran bagi peserta didik yang
dicetak oleh penerbit mayor hampir tidak sepenuhnya digunakan. Meskipun tetap
masih memungkinkan untuk menjadi buku referensi bagi guru maupun peserta didik.
Buku-buku referensi terkini sangat dibutuhkan guru dalam
mengembangkan, merencanakan dan menyusun buku teks pembelajaran dimasa pandemic.
Saat ini justru guru lah yang seharusnya mendapat prioritas dukungan untuk
mengembangkan potensinya. Termasuk berbagai workshop atau pelatihan berbagai
keterampilan yang dibutuhkan guru pada saat pembelajaran jarak jauh. Menguasai metode
pembelajaran yang berbasis internet dan Learning Management System agar guru
lebih terampil dalam menggunakan media dan berbagai aplikasi pembelajaran. Guru
perlu dibekali dengan berbagai aplikasi LMS semisal Zoom, Microsoft Teams,
Google Meet, Whatsapp, Ruang Guru, YouTube, Quizizz, Blog dan sebagainya.
Upgrade pengetahuan dan keterampilan guru lebih banyak mengembangkan
diri berkaitan dengan kompetensi paedagogi, kompetensi social dan professional.
Dari setiap individu guru inilah diharapkan akan mampu mentransfer pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, sikap hidup dan banyak hal baik lainnya kepada
peserta didik. Karena memang kondisi pandemic saat ini tidak bisa disamakan
dengan kondisi normal sebelumnya. Dan pendidikan merupakan sarana tepat agar
manusia mampu mengatasi segala persoalah hidup yang terjadi.
Guru sebagai ujung tombak perubahan. Mindset untuk terus
bertumbuh dan mengembangkan diri dari seorang guru diharapkan dapat berimbas
kepada peserta didik dan lingkungannya untuk mampu memahami dan tetap
berpikiran positif meskipun dalam kondisi yang tidak mudah. Mengambil peran perubahan
dalam kondisi saat ini meskipun terlihat sederhana bisa jadi memberi dampak
positif dan manfaat bagi sesama.
Berbagai tantangan yang ada pada akhirnya akan menjadi ilmu baru,
sudut pandang baru, metode atau cara-cara baru yang berhasil ditemukan oleh
manusia melalui proses pendidikan. Inilah hikmah dibalik peristiwa. Memang
tidak serta merta terwujud hal-hal baru yang bermanfaat bagi manusia, berbagai
tantangan itu awalnya tentu membuat ketidaknyamanan. Dan disitulah wujud
kemurahan sang Maha Pencipta kepada hambanya yang mau dengan sabar menghadapi
kesulitan, yaitu akan ada kemudahan.
Thursday, October 8, 2020
Sebuah Narasi Tentang Anggaran Buku
Sebuah Narasi Tentang Anggaran Buku
Oleh : Wiwi Purnawati
Semenjak
diberlakukannya Kurikulum 2013 berikutnya menyusul kebijakan Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah berkaitan dengan regulasi tentang buku teks pembelajaran.
Surat edaran yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Sekolah yang menyelenggarakan
Kurikulum 2013 wajib membeli buku teks Kurikulum 2013 melalui e-katalog Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dengan menggunakan dana
BOS.
Sesuai
dengan Permendikbud Nomor 1 Tahun 2018 dan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknik Penggunaan Dana BOS, bahwa alokasi penggunaan dana BOS
20% untuk pembelian buku sebetulnya adalah dalam rangka mewujudkan pendidikan
bebas biaya untuk pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun. Namun pada
kenyataannya menyisakan beberapa persoalan baru, baik dari sisi pendidik,
peserta didik bahkan lebih luas berdampak pada sepinya penerbit dan toko buku. Karena
memang pengadaan buku sendiri telah ditetapkan pada beberapa penerbit yang
telah disetujui oleh pemegang kebijakan.
Umumnya
ketika tahun ajaran baru akan banyak orang tua dan siswa berburu buku, namun
saat ini toko buku tidak seramai dulu. Minat baca masyarakat juga belum
mengalami peningkatan yang berarti. Kini tidak lagi tampak kerumunan pengunjung
di toko buku yang berburu buku pelajaran maupun buku referensi penunjang
pelajaran. Usaha percetakan dan toko buku ibarat mati suri. Jangankan meraih
keuntungan diawal tahun ajaran baru, sekedar bertahan sampai tidak gulung tikar
saja sudah untung.
Satu
sisi buku siswa yang wajib dibeli dari dua puluh persen anggaran BOS ternyata
harus berganti setiap tahunnya. Ditambah kondisi mayoritas sekolah yang belum
melek literasi. Sehingga fenomena yang muncul bahwa buku itu sekedar dibeli
tetapi masih minim pemanfaatannya. Sementara tahun berikutnya sudah berganti buku
dengan cetakan terbaru.
Pada
akhirnya perpustakaan sekolah tidak mampu lagi menampung ribuan buku teks pelajaran
didalamnya. Bahkan nampak terjadi pergeseran fungsi perpustakaan yang
seharusnya mendukung program literasi sekolah dengan menyediakan aneka macam
buku referensi tetapi yang terjadi perpustakkan sekolah justru penuh sesak
dengan buku siswa yang tidak lagi digunakan karena telah tergantikan dengan
buku cetakan terbaru.
Buku
referensi, diktat ataupun modul sebetulnya sangat dibutuhkan baik oleh siswa
maupun guru untuk menunjang pembelajaran. Tanpa buku penunjang tentu saja siswa
dan guru akan mengalami hambatan dalam kegiatan belajar mengajar. Hanya saja
buku teks siswa setiap mata pelajaran umumnya
cukup tebal. Hal ini sebetulnya wajar karena buku itu juga berfungsi sebagai
rujukan atau buku referensi.
Bagi
peserta didik sendiri, ada rasa enggan untuk membawa banyak buku tebal.
Alih-alih digunakan untuk menunjang pembelajaran justru banyak ditinggalkan di
laci meja sekolah. Disisi lain minat baca siswa masih sangat rendah. Jangankan
belajar mandiri bahkan pada saat pembelajaran pun beberapa siswa lebih memilih
melihat materi atau catatan di buku temannya daripada harus membuka buku teksnya
sendiri. Inilah salah satu PR besar bagi
para guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang mampu mendorong minat baca
siswa.
Salah
satu cara mensiasati agar siswa membaca sendiri materi ajar yang disampaikan
yaitu dengan menyajikan lembar kerja siswa secara lebih praktis dilengkapi
dengan materi ajar yang dibutuhkan. Sehingga mau tidak mau siswa dituntut harus
membaca. Sajikan buku pegangan siswa yang tidak terlalu tebal tetapi sarat
dengan materi yang diperlukan. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran itu sendiri yang mampu menakar kemampuan peserta didik dan mampu
memilih serta memilah kebutuhan materi ajar sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia. Guru sendiri yang akan membuat skenario pembelajaran di kelas
termasuk menyediakan sarana penunjangnya. Mulai dari tujuan pembelajaran,
materi inti, materi pengayaan, lembar diskusi siswa sampai dengan soal-soal
latihan yang diperlukan. Inilah yang membedakan buku teks cetakan penerbit
dengan buku teks yang disusun oleh guru mata pelajaran sendiri.
Selain
memberikan manfaat lebih bagi peserta didik, buku teks karya guru juga sangat
bermanfaat bagi guru. Terlebih semenjak diberlakukannya Permen PAN dan RB No.
16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional dan angka kreditnya. Peraturan
tersebut menuntut guru melakukan kegiatan keprofesian berkelanjutan dan
pengembangan diri. Termasuk tuntutan pengembangan diri yang dimaksud adalah
membuat publikasi ilmiah. Salah satu bentuk publikasi nilmiah yang mudah
dikerjakan oleh guru adalah membuat buku teks pelajaran.
Jika
hal ini dipadukan, yaitu antara kebutuhan siswa akan buku teks pelajaran dan
kebutuhan guru untuk penilaian pengembangan diri dengan menyususn buku teks
pelajaran maka akan berdampak lebih positif. Kelebihan buku teks pelajaran
hasil karya guru bisa dipastikan akan lebih efektif dan efisien penggunaannya
dalam kegiatan pembelajaran.
Regulasi
yang ada berkaitan dengan penggunaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah sebesar
dua puluh persen yang dialokasikan untuk
pengadaan buku teks pelajaran seharusnya lebih fleksibel dengan memberikan
peluang bagi guru untuk berkarya menghasilkan buku teks pelajaran sendiri. Disamping
guru mampu menghasilkan karya menerbitkan buku teks pelajaran, maka secara
otomatis kompetensi guru akan meningkat. Baik kompetensi teknis berkaitan
dengan mata pelajaran yang diampunya maupun kompetensi dalam bidang penulisan. Hal
ini tentu saja menyebabkan literasi guru akan meningkat karena sebetulnya tidak
hanya peserta didik yang membutuhkan buku referensi ataupun buku penunjang
pembelajaran, melainkan guru juga lebih memerlukannya. Pada akhirnya guru akan
berpacu untuk mengembangkan dan menghasilkan buku teks pelajaran setiap tahun.
Keuntungan
yang lain dari sisi penerbitan buku yaitu akan semakin banyak usaha menengah
dibidang penerbitan yang akan terbantu. Tidak hanya penerbit besar saja yang akan
mendapat orderan menerbitkan buku teks pelajaran tetapi lebih meluas ke penerbit-penerbit
skala kecil dan menengah. Sehingga akan meningkatkan pemerataan taraf ekonomi masyarakat.
Dua puluh persen dari anggaran BOS bukanlah nominal yang sedikit. Akan jauh lebih memberikan dampak positif jika pengelolaannya lebih tepat. Tulisan ini bukan bermaksud mengkritik kebijakan yang berlaku, tetapi hanya sekedar menyampaikan sudut pandang yang berbeda berkaitan dengan alokasi anggaran buku. Dari sudut pandang penulis pribadi bahwa regulasi berkaitan dengan buku teks pelajaran yang diatur sedemikian rupa bertolak belakang dengan regulasi tentang kegiatan keprofesian berkelanjutan dan pengembangan diri bagi guru. Penulis berharap regulasi pemerintah berkaitan dengan pengembangan diri bagi guru juga didukung dengan regulasi lainnya yang sejalan.
Tuesday, October 6, 2020
Membaca Memperkaya Kosakata
Narasumber : Abdul Hakim Busro
“Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh
oleh ketakutan.”
(Abdul Hakim Busro)
Kecerdasan berbahasa
akan membuat kita menjadi sosok yang luar biasa. Itulah yang disampaikan oleh
Bapak Abdul Hakim, narasumber kelas belajar menulis kali ini. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Yayasan Pupuk Kaltim,
Bontang, Kalimantan Timur. Prestasina luar biasa, dari mulai Juara lomba
kreatifitas guru tingkat nasional hingga Juara Olimpiade Guru Nasional.
Belajar berkomunikasi
seperti halnya belajar bersepeda, jika kita sering berlatih maka akan semakin
terampil. Ada empat tingkatan kemahiran berbahasa. Hal yang pertama adalah
mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca dan yang keempat adalah
menulis. Inilah keterampilan berbahasa
yang perlu untuk selalu diasah dan ditingkatkan.
Pak Hakim
memulai dengan sebuah kalimat bijak. Membaca adalah gerbang utama sekaligus
kunci pembuka bagi yang ingin menggenggam keberhasilan (Abdul Hakim Busro). Dan
memang begitulah adanya, membaca akan menambah wawasan dan jumlah
perbendaharaan kata (kosakata) yang terekam dalam memori kita.
Kata adalah
senjata, karena semua berawal dari kata. Dengan kata, kita dapat memberikan
cinta, dengan kata pula dapat tergores luka hati. Juga dengan kata, kita dapat
berkreatifitas dengan banyak hal, menulis puisi, menulis cerita, memotivasi dan
sebagainya.
Untuk menjadi
penulis yang baik maka kita harus mengaktifkan kosakata lebih banyak lagi. Dari
109.000 kosa kata aktif yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2018,
seberapa banyak kah kosa kata yang sudah kita miliki? Maka sudah cukupkah modal
kosakata kita untuk menjadi penulis? Karena penguasaan kosakata berimplikasi
positif bagi keterampilan menulis dan berbicara. Itulah yang disebut dengan
komunikasi efektif.
Semakin banyak
kosakata yang kita miliki maka hasil karya tulis kita akan semakin baik. Kita
akan mampu memilih dan memilah kosakata yang sesuai dengan konteks tulisan yang
kita buat. Kalimat demi kalimat akan tersusun dengan lebih baik dan tidak
membosankan. Kita tidak akan mengulang-ulang kata-kata yang sama sehingga membosankan.
Seorang penulis
akan merangkai kata menjadi sebuah teks maupun menjadi sebuah paragraph. Maka diperlukan
perbendaharaan kosakata yang banyak untuk bisa menulis. Jika kita minim literasi,
maka jangankan satu paragraph atau sebuah teks, bahkan memulai kalimat pertama
saja akan merasa kurang yakin.
Kita mulai belajar dari “kata”, karena semua
tulisan akan berawal dari kata. Menguasainya dengan baik adalah kunci untuk
melanjutkan langkah-langkah berikutnya Maka, banyak-banyaklah membaca untuk
memperkaya kosakata dan pengetahuan kita.
Membaca dapat
membuat otak tetap aktif dan bereaksi untuk melakukan fungsinya secara baik.
Membaca juga dapat memperkuat kemampuan berpikir dan menganalisis. Orang-orang
hebat adalah mereka para pembaca hebat. Konsep membaca adalah budaya membaca
apapun yang dianggap penting, meskipun kita sedang tidak membutuhkan sesuatu. Artinya,
membaca tidak hanya karena kepepet dituntut harus membaca karena suatu tugas,
melainkan sudah menjadi budaya membaca. Hal ini mampu memperkaya memori kita,
sehingga pada saat dibutuhkan maka akan mampu memanggil dan meramunya menjadi
satu tulisan yang menarik.
Membaca,
mendengar, menulis dan berbicara adalah
keterampilan berbahasa yang harus terus dilatih. Orang yang berlatih menulis
dan berbicara tetapi minim membaca akan berbeda dengan orang yang berlatih
menulis, berbicara dan gemar membaca.
Apa yang kita baca maka akan mampu membuat
kita lebih terampil dalam keterampilan berbahasa baik tulis maupun lisan. Dan salah
satu menampilkan citra diri yang baik yaitu berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan dengan baik.
Menulis memang
tidak harus dengan kata-kata tertentu yang sulit, tetapi tulisan dengan variasi
kosakata yang banyak maka akan menjadi lebih menarik. Sehingga membaca akan
menjadi rekreasi tersendiri. Variasi membaca juga diperlukan, jadi tidak terpaku
pada satu atau dua jenis bacaan. Membaca buku biografi, membaca majalah,
sejarah maupun info terkini diperlukan untuk kolaborasi sebuah tulisan.
Selain tentang
kosakata. sekurangnya ada dua lagi yang perlu untuk dipelajari yaitu tentang
konsep berbahasa dan bagaimana pengutamaan Bahasa Indonesia dalam konteks yang
tepat di kehidupan seharai-hari. Menulis menggunakan bahasa seprti apa, itu
tergantung dari jenis tulisan kita. Tidak selalu harus menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai EYD atau sesuai bahasa baku dalam KBBI. Akan tetapi,
menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan konteksnya dan sesuai dengan kebutuhannya itu
"wajib" hukumnya.
Jadi bingkai
tulisan sepatutnya dupayakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selebihnya
bisa sesuai kebutuhan. Tentu saja secara penulisan harus dicetak miring jika
memang itu bukan bahasa baku. Dalam konteks cerita, misalnya cerpen maka
kata-kata yang digunakan dalam bentuk kalimat percakapan yang ditandai dengan
tanda kutip agar lebih fleksibel.
Menulis didalam
blog menurut Pak Hakim, panjang atau pendeknya tulisan bukanlah sebuah batasan,
tetapi bagaimana sebuah tulisan sudah mampu mewadahi apa yang menjadi keinginan
kita dalam menulis. Sudahkah tersampaikan ide atau gagasan dalam tulisan kita. Jadi
ukurannya apakah kira-kira jika dibaca orang, tulisan kita sudah cukup jelas
maksudnya.
Pada akhirnya yang
menemukan kesadaran untuk memiliki budaya membaca adalah diri kita sendiri. Termasuk
membiasakan diri membaca dari hal-hal yang ringan. Jika kita sudah mulai
menyadari pentingnya membaca maka seharusnya sudah mampu menggerakan kita untuk
membaca. Karena memang berbahasa adalah keterampilan yang harus dilatihkan
secara berulang atau terus-menerus.
Teruslah membaca
dan berkarya
Sunday, October 4, 2020
Membuat Buku dari Hasil Ngeblog
Narasumber : Wijaya Kusuma
“Menulis adalah kemahiran berbahasa yang keempat. Hal yang pertama adalah mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca dan yang keempat sekali lagi adalah menulis”
Wijaya Kusuma, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi, 2012
Bersama dengan sang inisiator kelas belajar menulis PGRI, kali ini beliau sendiri Om Jay yang menjadi narasumber. Kisah beliau selama belasan tahun ngeblog hingga menerbitkan banyak buku akan disampaikan sekaligus memotivasi para peserta untuk aktif menulis. Guru SMP Labschool ini selalu bersemangat dengan gaya riangnya berkisah dan menginspirasi para peserta. Berkat jasa beliaulah saat ini banyak guru yang mulai menebitkan bukunya sendiri.
Suatu kebahagiaan
tersendiri bagi Om Jay melihat kawan kawan guru mulai menerbitkan bukunya
sendiri. Inilah buah dari belajar menulis dan menerbitkan buku. Siapa yang
fokus pasti akan lulus dan mendapatkan sertifikat pelatihan 40 jam. Tak sekedar
mampu menghasilkan karya, di group kesayangan ini peserta saling memotivasi,
saling mengunjungi blog dan belajar bersama-sama hingga terjalin kebersamaan
meskipun tak berjumpa.
Menulislah Setiap
Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi. Itulah salah satu buku karya Om Jay yang
dihasilkan dari aktivitasnya dalam dunia blog beberapa tahun ini. Tema materi
kuliah malam ini adalah membuat buku dari hasil ngeblog. Om Jay yang jadi
pemateri pengganti akan berbagi kisah tentang 4 bukunya yang terbit karena
menulis di blog. Inilah salah satu keuntungannya, Om Jay mampu menerbitkan buku
dengan rutin menulis di blog.
Rajinlah menulis
di blog kemudian kumpulkan dan buatlah menjadi sebuah buku. Anda akan merasakan
keajaiabannya. Dari catatan harian di blog pun mampu menjelma menjadi buku. Hingga
terwujud Buku Catatan Harian Seorang Guru Blogger (2020). Buku ini diterbitkan
dalam waktu 6 bulan. Dikerjakan dengan sangat teliti oleh Pak Sukarno selaku
editor dari kota Semarang. Tulisan-tulisan dalam buku ini diambil dari kisah
nyata omjay yang ditulis di blog kompasiana.com/wijayalabs. Sebuah blog keroyokan
yang dikelola oleh kompas group
Buku
berikutnya yang diterbitkan Om Jay adalah Melejitkan Keterampilan Menulis Siswa
(2020). Buku ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang lolos
masuk final lomba karya tulis inovasi pembelajaran tingkat nasional. Awalnya Om
Jay tidak memahami bahwa laporan hasil PTK bisa dijadikan buku ber-ISBN. Namun
setelah belajar kepada Pak Lukman di Jawa Timur secara online akhirnya Om Jay
menjadi tahu ilmunya. Sang editor, Bu Hati dari Bandung yang bertangan dingin
berhasil menyulap buku hasil PTK tersebut hingga akhirnya terbit menjadi buku dan
banyak yang memesannya
Berkat buku
inilah sang penulis mendapatkan hadiah berangkat ke negeri Panda untuk kursus
singkat belajar STEAM di China University of Mining and Technology (CUMT). Program
pelatihan guru di China ini diikuti oleh 50 orang guru SD dan SMP. Mereka dikirimkan
ke negeri tirai bambu karena ditetapkan sebagai guru berdedikasi dan
berprestasi oleh kemdikbud RI pada bulan Maret 2010.
Selanjutnya adalah
buku Blogger Ternama (2017). Buku ini adalah buku yang diterbitkan dari hasil
menulis di blog selama 6 bulan. Buku terbitan Camp Pustaka ini berisi tentang
kisah nyata Omjay menulis di blog dan menjadi blogger ternama. Hingga akhirnya
diundang makan siang di istana negara oleh Presiden Jokowi. Gemeter di kaki dan
sempat keder mau berbicara apa, sempat dirasakan juga oleh Om Jay ketika harus bicara
di depan preside republik Indonesia.
Buku blogger ternama
ini tidak mengajari guru bagaimana cara membuat blog. Sebab menurut Om Jay jika
hanya cara untuk membuat blog dapat dengan mudah kita dapatkan di google dan
youtube. Tetapi melalui buku ini Omjay justru mengajak kawan-kawan guru untuk
menulis di blog dan kemudian merajut tulisannya menjadi buku yang layak jual.
Buku Blogger
Ternama berkisah tentang bagaimana seorang Om Jay yang merasa guru yang
biasa-biasa saja dapat menjadi guru yang luar biasa berkat rajin menulis di
blog. Dari situlah kemudian Om Jay diundang keliling Indonesia dan diajak makan
siang di istana negara bersama Presiden Jokowi. Bahkan Omjay bisa berbulan madu
gratis ke Singapura gara-gara menulis di blog.
Beliau bukan
mau menularkan virus corona, tapi menularkan virus ngeblog di kalangan guru
Indonesia. Dengan begitu para guru bisa menjadi blogger ternama dan menjadi
guru blogger Indonesia. Itulah harapan Omjay melalui buku ini.
Penerbit yang
baik tentu memerlukan waktu dalam proses editingnya. Hal ini terkadang kurang disadari
oleh para penulis pemula. Apalagi oleh guru yang menulis hanya untuk kenaikan
pangkat. Sebagai penulis tidak bisa bekerja sendiri, dia membutuhkan orang lain
seperti editor yang dapat menemukan kesalahan kita dalam menulis.
Kolaborasi antara
penulis dan editor itu penting. Keempat buku yang Omjay terbitkan adalah berkat
kolaborasi antara penulis dan editor. Jadi bekerjasamalah dengan editor buku
supaya bukunya terbit, karena kita tak bisa bekerja sendiri.
Oleh karena
itu, nikmati prosesnya dan mulailah menulis di blog. Diminta atau tidak
diminta. Blog harus diisi dengan tulisan yang menarik dan menginspirasi. pengunjung
pasti akan banyak berdatangan tanpa kita minta jika kita mampu menyajikan
tulisan yang menarik dan menginspirasi. Hal itulah yang Omjay lakukan selama 11
tahun ini. Banyak orang mengenal Om Jay dari tulisannya yang tersebar di blog.
Perbanyak membaca
karya tulis orang lain, membaca buku maupun blog walking sangat diperlukan bagi
penulis. Ibatar teko, jika tidak diisi air pasti kosong. Begitu juga dengan
penulis, otaknya harus diisi dengan banyak tulisan orang lain.
Kesuksesan itu
butuh proses. Ibarat bertani, kita akan menghasilkan padi yang bagus kalau
prosesnya bagus. Luruskanlah niat menerbitkan buku. Bukan sekedar menambah poin
untuk kenaikan pangkat saja. Melainkan berbagi ilmu dan pengalaman. Ingatlah,
ketika berbagi itu tidak pernah membuat kita rugi, justru akan membuka pintu
rezeki yang lain.
Semangat berkarya, guru-guru hebat Indonesia…
Dari Inobel hingga TBM
Narasumber : Emi Sudarwati
Narasumber
kali ini kembali menginspirasi para peserta di kelas belajar menulis Om jay
untuk selalu bersemangat berkarya dan menulis. Beliau adalah juara pertama
lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional kemdikbud tahun 2016 dan telah menulis
ratusan buku. Guru di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005 ini memiliki nama lengkap
Emi Sudarwati.
Alumni IKIP
Negeri Surabaya jurusan Bahasa Jawa ini semenjak masih berada dibangku SMA
sudah mulai suka menulis cerita. Kegemaran menulis itu berlanjut hingga beliau
menjadi mahasiswa. Kebahagiaan tak terlukiskan ketika cerpen perdananya dimuat
disalah satu majalah. Itulah momen yang membuatnya semakin rajin menulis dan
mengirimkan naskan hasil karyanya ke berbagai media. Kondisinya yang telah
ditinggalkan ayahanda semenjak SMP membuatnya semakin rajin berusaha termasuk
berjualan celana, baju dan jam tangan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan
kebutuhan lainnya.
Merasa
tercukupi kebutuhan hidupnya semenjak menjadi PNS, Ibu Emi berhenti menulis.
Beruntung beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro pada tahun
2013 hingga akhirnya kembali bersemangat untuk menulis. Hanya saja orientasi
menulisnya bukan lagi untuk mendapatkan uang melainkan ingin sukses bersama
dengan anak-anak didiknya.
Tahun 2014
adalah pertama kali beliau menerbitkan buku bersama siswa. Karya novel
perdananya berjudul Ngilon.
Tahun
berikutnya pada 2015 beliau ditugaskan
untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.
Awalnya ada rasa tidak percaya diri.
Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak
hentinya memberikan semangat dan motivasi akhirnya Ibu Emi mengirimkan karya
inovasinya meskipun dengan setengah hati.
Tidak disangka
ternyata beliau mendapat panggilan sebagai finalis inobel nasional. Ibu Emi bersama
102 guru dari seluruh Indonesia diundang ke Jakarta untuk presentasi. Ternyata tidak hanya presentasi tetapi juga
ada ujian tulisnya. Tak lupa seusai
lomba seluruh finalis memanfaatkan waktu untuk berwisata di Dufan. Meskipun saat itu belum mendapat juara namun
sudah cukup merasa bangga karena mendapatkan kesempatan bisa belajar bersama
guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Masih di tahun
2015, beliau mengikuti sayembara di BBJT yaitu Balai Bahasa Jawa Timur yang setiap tahunnya mengadakan sayembara.
Perlombaan yang dilaksanakan yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra
Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Puji sukur Ibu
Emi mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan
beberapa buku karya sastra bersama siswa.
Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk
lebih berinovasi lagi. Dengan status
baru ini beliau merasa memiliki tanggung jawab moral agar lebih giat menularkan
virus literasi di manapun juga. Bukan
hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru. Dan harapannya bukan hanya di Bojonegoro semata
tetapi juga sampai ke luar daerah.
Selanjutnya pada
tahun 2016 Ibu Emi ditugaskan untuk mengikuti seleksi guru prestasi tingkat
Kabupaten Bojonegoro. Karena banyak guru
menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau kembali ditugaskan lagi.
Sehingga ini merupakan keikutsertaan untuk yang ke dua kalinya. Dan ternyata
tidak sia-sia karena mampu menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Ibu Emi
kembali mengirimkan karya inobel pada tahun yang sama 2016 dengan judul inobel Peningkatan
hasil belajar menulis cerkak (cerpen, dalam Bahasa Indonesia) dengan SMSHP
(Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan). Hanya saja kali ini bukan atas
inisiatif bapak kepala sekolah namun karena
keinginan sendiri. Berbekal pengalaman
tahun 2015 sebelumnya yang begitu menginspirasi, kali ini beliau mengajukan
karya lama yang diedit dengan tambahan sesuai
saran dari dewan juri waktu itu.
Alhasil karyanya mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah
Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tak berselang
waktu lama seusai lomba, Ibu Emi kembali mendapat panggilan untuk mengikuti short
Course di Negeri Belanda. Belajar sistem
pendidikan di negeri kaum penjajah yang super maju, berkunjung ke dua
universitas terbaik yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik
yaitu Van Der Capellen dan beberapa sekolah lainnya. Tak hanya itu, semua peserta juga mendapat
kesempatan berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan singgah di Brussel-Belgia.
Sepulang dari
Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Seperti
biasa, sambil menyelam minum air. Jadi disamping belajar juga bisa sekaligus
berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.
Pada kesempatan workshop di Bali ini, semua peserta mendapat materi
merubah naskah inobel menjadi jurnal.
Tentu saja hal itu bukan hal kecil karena naskah tersebut akan dimuat
dalam jurnal berkelas nasional. Namanya
jurnal DEDAKTIKA.
Tahun
berikutnya yaitu pada 2017 Ibu Emi kembali diundang untuk mengikuti workshop
Literasi di Kota Batam. Tidak ingin
melewatka kesempatan emas ini, beliau bersama beberapa peserta lainnya menyempatkan
mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.
Karena kegemaran menulisnya maka sehari saja di kota lion mampu
melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Karya ini sekedar karena
tak ingin melewatkan kesempatan baik bisa jalan-jalan ke Singapura. Kapan lagi
mendapatkan kesempatan baik seperti itu yang kebetulan bertepatan dengan
liburan sekolah. Jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di
sekolah.
Paska
menyandang predikat juara I inobel nasional di tahun 2016 maka tahun 2017 Ibu
Emi belum boleh mengikuti lomba yang sama. Sehingga untuk mengusir rasa
kesepian maka beliau mengajak teman-teman alumni finalis inobel nasional untuk
menulis bersama dalam satu buku. Jadi istilahnya Patungan Buku Inspiratif.
Buku tersebut
berisi banyak hal, bukan hanya karya yang bersifat ilmiah namun juga
menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,
berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih
banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan tidak
hanya menerbitkan buku-buku patungan namun saat ini lebih banyak menerbitkan
SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Hingga tahun
2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Oleh karena sejak tahun 2018 grup patungan ini
lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup akhirnya diubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).
Semenjak berganti nama kemudian beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai
berdatangan. Misalkan dari Kota Bogor,
Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain untuk menjadi nara
sumber pada beberapa kegiatan seminar maupun workshop.
Di Kota
Bojonegoro sendiri, Ibu Emi aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru
(PBG). Beliau setiap saat harus siap
menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan. Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru yang
tempatnya bisa di PBG pusat maupun di PBG kecamatan.
Selain di PBG,
beliau juga aktif di PGRI. Yaitu sebagai
juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku. Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih
inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. Menghimbau agar
guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karyanya ke media. Karena memang pengalaman Menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti guru sudah terus menerus belajar menulis.
TAHUN 2019
Tahun 2019 Ibu
Emi mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya yang ditulis bersama sang suami ini
dimaksudkan agar terjalin ikatan pernikahan yang semakin bahagia. Karya
berikutnya yang diterbitkan yaitu 2 buku tunggal dan beberapa buku
patungan. Buku tunggal yang pertama
berbahasa jawa yang menceritakan pengalaman selama perjalanan haji dan
umrah. Sedangkan buku tunggal yang ke
dua yaitu kumpulan esai Menulis dan Menerbitkan Buku Sampai Keliling Nusantara
dan Dunia. Inilah impian Ibu Emi yang
menjadi kenyataan.
Seperti biasa
buku patungan yang dihasilkan yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan
bersama grup Penerbit Buku
Inspiratif. Termasuk menulis
bersama penerbit Pustaka Ilalang dan penerbit lainnya meskipun yang paling
banyak adalah menulis di Penerbit Majas Grup.
Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan
Dwi Putra Jaya. Judul buku yang pernah diterbitkan bersama siswa adalah Siswa
Wasis, Lilani Aku dadi Srengenge, KAI (Kelas Anak Istimewa), KAH (Kelas Anak
Hebat) dan lain-lain.
Di tahun 2020
ini Ibu Emi lebih memilih berkonsentrasi untuk mengelola perpustakaan pribadi
menjadi Taman Baca Masyarakat yang diberi nama TBM Kinanthi. Kegiatan rutin di
Taman Baca ini adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis. Tentu saja perlombaan
yang diselenggarakan di TBM Kinanthi berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain karena
memang bertujuan memotivasi maka semua peserta lomba sudah bisa dipasti menjadi
juara, yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan. Sampai saat ini di
TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis yaitu 4 kali pelatihan langsung dan yang sekali
webinar. Selain itu juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih proses
di percetakan.
Dalam bulan Oktober
sebagai Bulan Bahasa TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk
siswa SD/MI. Kegiatan ini bertujuan
untuk menanamkan kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa khususnya
geguritan (Puisi Jawa Modern). Dan masih
bayak lagi agenda kegiatan yang direncanakan di tahun 2021. Puji syukur kegiatan di TBM Kinanthi didukung
oleh beberapa lembaga diantaranya Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Penerbit
Majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.
Bagi Ibu Emi, menulis
dan menerbitkan buku itu ternyata mudah dan sangat murah. Bagi beliau, buku
adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia
ini. Jika ingin lancar menulis cerpen, banyak-banyaklah membaca cerpen. Jika ingin lancar menulis puisi, maka
banyak-banyaklah membaca puisi, demikian juga yang lain. Itulah tips yang
disampaikan kepada para peserta di kelas belajar menulis. Beliau juga mengajak untuk
metulis sejarah sendiri. Jangan tunggu
orang lain menulis tentang diri kita.
Tips lain yang
beliau sampaikan yaitu, jika mengalami kebuntuan dalam menulis maka segera
jalan-jalan mencari bahan bacaan baru. Kemudian bergaulah dengan para penulis,
sehingga adrenalin untuk menulis akan meningkat drastis. Termasuk masuk didalam grup-grup pelatihan
menulis seperti kelas belajar menulis Om Jay.
Ibu Emi sering
membawa buku bacaan atau buku cerita ke dalam kelas, kemudian meminta salah
seorang siswa membaca di depan kelas.
Sedangkan siswa yang lain mendengarkan.
Lalu semua siswa menulis ringkasan ceritanya. Selanjutnya salah satu siswa
ditunjuk secara acak untuk membacakan ringkasan ceritanya. Jadi semua harus siap jika ditunjuk, sedang
yang lain cukup di tanda tangani. Jika
hal ini dilakukan 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai maka lama
kelamaan siswa akan terbiasa menulis.
Bu Emi
menjadwalkan diri setiap hari harus menulis. Masing-masing kita punya waktu 24
jam sehari semalam, maka luangkan waktu 10 sampai 20 menit saja untuk menulis. Kalau
bisa setelah tahajud tapi kalau tidak bisa maka kapanpun bisa. Tidak semua
tulisan beliau diterbitkan, beberapa dibiarkan saja menjadi tabungan di laptop
atau blog.
Buku adalah
bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu beliau ingin mengabadikan
setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.
Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.