Sunday, October 4, 2020

Dari Inobel hingga TBM

 Narasumber : Emi Sudarwati



Narasumber kali ini kembali menginspirasi para peserta di kelas belajar menulis Om jay untuk selalu bersemangat berkarya dan menulis. Beliau adalah juara pertama lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional kemdikbud tahun 2016 dan telah menulis ratusan buku. Guru di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005 ini memiliki nama lengkap Emi Sudarwati.

Alumni IKIP Negeri Surabaya jurusan Bahasa Jawa ini semenjak masih berada dibangku SMA sudah mulai suka menulis cerita. Kegemaran menulis itu berlanjut hingga beliau menjadi mahasiswa. Kebahagiaan tak terlukiskan ketika cerpen perdananya dimuat disalah satu majalah. Itulah momen yang membuatnya semakin rajin menulis dan mengirimkan naskan hasil karyanya ke berbagai media. Kondisinya yang telah ditinggalkan ayahanda semenjak SMP membuatnya semakin rajin berusaha termasuk berjualan celana, baju dan jam tangan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya.

Merasa tercukupi kebutuhan hidupnya semenjak menjadi PNS, Ibu Emi berhenti menulis. Beruntung beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro pada tahun 2013 hingga akhirnya kembali bersemangat untuk menulis. Hanya saja orientasi menulisnya bukan lagi untuk mendapatkan uang melainkan ingin sukses bersama dengan anak-anak didiknya.

Tahun 2014 adalah pertama kali beliau menerbitkan buku bersama siswa. Karya novel perdananya berjudul Ngilon.

Tahun berikutnya pada 2015  beliau ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.  Awalnya ada rasa tidak percaya diri.  Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak hentinya memberikan semangat dan motivasi akhirnya Ibu Emi mengirimkan karya inovasinya meskipun dengan setengah hati.

Tidak disangka ternyata beliau mendapat panggilan sebagai finalis inobel nasional. Ibu Emi bersama 102 guru dari seluruh Indonesia diundang ke Jakarta untuk presentasi.  Ternyata tidak hanya presentasi tetapi juga ada ujian tulisnya.  Tak lupa seusai lomba seluruh finalis memanfaatkan waktu untuk berwisata di Dufan.  Meskipun saat itu belum mendapat juara namun sudah cukup merasa bangga karena mendapatkan kesempatan bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.

Masih di tahun 2015, beliau mengikuti sayembara di BBJT yaitu Balai Bahasa Jawa Timur  yang setiap tahunnya mengadakan sayembara. Perlombaan yang dilaksanakan yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.

Puji sukur Ibu Emi mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi.  Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra bersama siswa.  Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi.  Dengan status baru ini beliau merasa memiliki tanggung jawab moral agar lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga.  Bukan hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.  Dan harapannya bukan hanya di Bojonegoro semata tetapi juga sampai ke luar daerah.

Selanjutnya pada tahun 2016 Ibu Emi ditugaskan untuk mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau kembali ditugaskan lagi. Sehingga ini merupakan keikutsertaan untuk yang ke dua kalinya. Dan ternyata tidak sia-sia karena mampu menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.

Ibu Emi kembali mengirimkan karya inobel pada tahun yang sama 2016 dengan judul inobel Peningkatan hasil belajar menulis cerkak (cerpen, dalam Bahasa Indonesia) dengan SMSHP (Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan). Hanya saja kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah namun karena keinginan sendiri.  Berbekal pengalaman tahun 2015 sebelumnya yang begitu menginspirasi, kali ini beliau mengajukan karya lama yang diedit dengan tambahan sesuai  saran dari dewan juri waktu itu.  Alhasil karyanya mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).

Tak berselang waktu lama seusai lomba, Ibu Emi kembali mendapat panggilan untuk mengikuti short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negeri kaum penjajah yang super maju, berkunjung ke dua universitas terbaik yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik yaitu Van Der Capellen dan beberapa sekolah lainnya.  Tak hanya itu, semua peserta juga mendapat kesempatan berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan singgah di Brussel-Belgia.

Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Seperti biasa, sambil menyelam minum air. Jadi disamping belajar juga bisa sekaligus berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Pada kesempatan workshop di Bali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.  Tentu saja hal itu bukan hal kecil karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional.  Namanya jurnal DEDAKTIKA.

Tahun berikutnya yaitu pada 2017 Ibu Emi kembali diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatka kesempatan emas ini, beliau bersama beberapa peserta lainnya menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Karena kegemaran menulisnya maka sehari saja di kota lion mampu melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Karya ini sekedar karena tak ingin melewatkan kesempatan baik bisa jalan-jalan ke Singapura. Kapan lagi mendapatkan kesempatan baik seperti itu yang kebetulan bertepatan dengan liburan sekolah. Jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Paska menyandang predikat juara I inobel nasional di tahun 2016 maka tahun 2017 Ibu Emi belum boleh mengikuti lomba yang sama. Sehingga untuk mengusir rasa kesepian maka beliau mengajak teman-teman alumni finalis inobel nasional untuk menulis bersama dalam satu buku. Jadi istilahnya Patungan Buku Inspiratif.

Buku tersebut berisi banyak hal, bukan hanya karya yang bersifat ilmiah namun juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan tidak hanya menerbitkan buku-buku patungan namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).

Hingga tahun 2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Oleh karena sejak tahun 2018 grup patungan ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup akhirnya diubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI). Semenjak berganti nama kemudian beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain untuk menjadi nara sumber pada beberapa kegiatan seminar maupun workshop.

Di Kota Bojonegoro sendiri, Ibu Emi aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Beliau setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru yang tempatnya bisa di PBG pusat maupun di PBG kecamatan.

Selain di PBG, beliau juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. Menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karyanya ke media.  Karena memang pengalaman Menulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti guru sudah terus menerus belajar menulis.

TAHUN 2019

Tahun 2019 Ibu Emi mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya yang ditulis bersama sang suami ini dimaksudkan agar terjalin ikatan pernikahan yang semakin bahagia. Karya berikutnya yang diterbitkan yaitu 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa yang menceritakan pengalaman selama perjalanan haji dan umrah.  Sedangkan buku tunggal yang ke dua yaitu kumpulan esai Menulis dan Menerbitkan Buku Sampai Keliling Nusantara dan Dunia.  Inilah impian Ibu Emi yang menjadi kenyataan.

Seperti biasa buku patungan yang dihasilkan yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Penerbit Buku  Inspiratif.  Termasuk menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang dan penerbit lainnya meskipun yang paling banyak adalah menulis di Penerbit Majas Grup.  Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya. Judul buku yang pernah diterbitkan bersama siswa adalah Siswa Wasis, Lilani Aku dadi Srengenge, KAI (Kelas Anak Istimewa), KAH (Kelas Anak Hebat) dan lain-lain.

Di tahun 2020 ini Ibu Emi lebih memilih berkonsentrasi untuk mengelola perpustakaan pribadi menjadi Taman Baca Masyarakat yang diberi nama TBM Kinanthi. Kegiatan rutin di Taman Baca ini adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis. Tentu saja perlombaan yang diselenggarakan di TBM Kinanthi berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain karena memang bertujuan memotivasi maka semua peserta lomba sudah bisa dipasti menjadi juara, yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan. Sampai saat ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis yaitu  4 kali pelatihan langsung dan yang sekali webinar. Selain itu juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih proses di percetakan.

Dalam bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk siswa SD/MI.  Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern).  Dan masih bayak lagi agenda kegiatan yang direncanakan di tahun 2021.  Puji syukur kegiatan di TBM Kinanthi didukung oleh beberapa lembaga diantaranya Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Penerbit Majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.

Bagi Ibu Emi, menulis dan menerbitkan buku itu ternyata mudah dan sangat murah. Bagi beliau, buku adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Jika ingin lancar menulis cerpen, banyak-banyaklah membaca cerpen.  Jika ingin lancar menulis puisi, maka banyak-banyaklah membaca puisi, demikian juga yang lain. Itulah tips yang disampaikan kepada para peserta di kelas belajar menulis. Beliau juga mengajak untuk metulis sejarah sendiri.  Jangan tunggu orang lain menulis tentang diri kita.

Tips lain yang beliau sampaikan yaitu, jika mengalami kebuntuan dalam menulis maka segera jalan-jalan mencari bahan bacaan baru. Kemudian bergaulah dengan para penulis, sehingga adrenalin untuk menulis akan meningkat drastis.  Termasuk masuk didalam grup-grup pelatihan menulis seperti kelas belajar menulis Om Jay.

Ibu Emi sering membawa buku bacaan atau buku cerita ke dalam kelas, kemudian meminta salah seorang siswa membaca di depan kelas.  Sedangkan siswa yang lain mendengarkan.   Lalu semua siswa menulis ringkasan ceritanya. Selanjutnya salah satu siswa ditunjuk secara acak untuk membacakan ringkasan ceritanya.  Jadi semua harus siap jika ditunjuk, sedang yang lain cukup di tanda tangani.  Jika hal ini dilakukan 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai maka lama kelamaan siswa akan terbiasa menulis.

Bu Emi menjadwalkan diri setiap hari harus menulis. Masing-masing kita punya waktu 24 jam sehari semalam, maka luangkan waktu 10 sampai 20 menit saja untuk menulis. Kalau bisa setelah tahajud tapi kalau tidak bisa maka kapanpun bisa. Tidak semua tulisan beliau diterbitkan, beberapa dibiarkan saja menjadi tabungan di laptop atau blog.

Buku adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.  Oleh karena itu beliau ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.

Semoga kisah ini mengispirasi banyak orang. 

0 comments:

Post a Comment