Narasumber : Emi Sudarwati
Narasumber
kali ini kembali menginspirasi para peserta di kelas belajar menulis Om jay
untuk selalu bersemangat berkarya dan menulis. Beliau adalah juara pertama
lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional kemdikbud tahun 2016 dan telah menulis
ratusan buku. Guru di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005 ini memiliki nama lengkap
Emi Sudarwati.
Alumni IKIP
Negeri Surabaya jurusan Bahasa Jawa ini semenjak masih berada dibangku SMA
sudah mulai suka menulis cerita. Kegemaran menulis itu berlanjut hingga beliau
menjadi mahasiswa. Kebahagiaan tak terlukiskan ketika cerpen perdananya dimuat
disalah satu majalah. Itulah momen yang membuatnya semakin rajin menulis dan
mengirimkan naskan hasil karyanya ke berbagai media. Kondisinya yang telah
ditinggalkan ayahanda semenjak SMP membuatnya semakin rajin berusaha termasuk
berjualan celana, baju dan jam tangan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan
kebutuhan lainnya.
Merasa
tercukupi kebutuhan hidupnya semenjak menjadi PNS, Ibu Emi berhenti menulis.
Beruntung beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro pada tahun
2013 hingga akhirnya kembali bersemangat untuk menulis. Hanya saja orientasi
menulisnya bukan lagi untuk mendapatkan uang melainkan ingin sukses bersama
dengan anak-anak didiknya.
Tahun 2014
adalah pertama kali beliau menerbitkan buku bersama siswa. Karya novel
perdananya berjudul Ngilon.
Tahun
berikutnya pada 2015 beliau ditugaskan
untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.
Awalnya ada rasa tidak percaya diri.
Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak
hentinya memberikan semangat dan motivasi akhirnya Ibu Emi mengirimkan karya
inovasinya meskipun dengan setengah hati.
Tidak disangka
ternyata beliau mendapat panggilan sebagai finalis inobel nasional. Ibu Emi bersama
102 guru dari seluruh Indonesia diundang ke Jakarta untuk presentasi. Ternyata tidak hanya presentasi tetapi juga
ada ujian tulisnya. Tak lupa seusai
lomba seluruh finalis memanfaatkan waktu untuk berwisata di Dufan. Meskipun saat itu belum mendapat juara namun
sudah cukup merasa bangga karena mendapatkan kesempatan bisa belajar bersama
guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Masih di tahun
2015, beliau mengikuti sayembara di BBJT yaitu Balai Bahasa Jawa Timur yang setiap tahunnya mengadakan sayembara.
Perlombaan yang dilaksanakan yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra
Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Puji sukur Ibu
Emi mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan
beberapa buku karya sastra bersama siswa.
Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk
lebih berinovasi lagi. Dengan status
baru ini beliau merasa memiliki tanggung jawab moral agar lebih giat menularkan
virus literasi di manapun juga. Bukan
hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru. Dan harapannya bukan hanya di Bojonegoro semata
tetapi juga sampai ke luar daerah.
Selanjutnya pada
tahun 2016 Ibu Emi ditugaskan untuk mengikuti seleksi guru prestasi tingkat
Kabupaten Bojonegoro. Karena banyak guru
menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau kembali ditugaskan lagi.
Sehingga ini merupakan keikutsertaan untuk yang ke dua kalinya. Dan ternyata
tidak sia-sia karena mampu menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Ibu Emi
kembali mengirimkan karya inobel pada tahun yang sama 2016 dengan judul inobel Peningkatan
hasil belajar menulis cerkak (cerpen, dalam Bahasa Indonesia) dengan SMSHP
(Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan). Hanya saja kali ini bukan atas
inisiatif bapak kepala sekolah namun karena
keinginan sendiri. Berbekal pengalaman
tahun 2015 sebelumnya yang begitu menginspirasi, kali ini beliau mengajukan
karya lama yang diedit dengan tambahan sesuai
saran dari dewan juri waktu itu.
Alhasil karyanya mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah
Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tak berselang
waktu lama seusai lomba, Ibu Emi kembali mendapat panggilan untuk mengikuti short
Course di Negeri Belanda. Belajar sistem
pendidikan di negeri kaum penjajah yang super maju, berkunjung ke dua
universitas terbaik yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik
yaitu Van Der Capellen dan beberapa sekolah lainnya. Tak hanya itu, semua peserta juga mendapat
kesempatan berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan singgah di Brussel-Belgia.
Sepulang dari
Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Seperti
biasa, sambil menyelam minum air. Jadi disamping belajar juga bisa sekaligus
berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.
Pada kesempatan workshop di Bali ini, semua peserta mendapat materi
merubah naskah inobel menjadi jurnal.
Tentu saja hal itu bukan hal kecil karena naskah tersebut akan dimuat
dalam jurnal berkelas nasional. Namanya
jurnal DEDAKTIKA.
Tahun
berikutnya yaitu pada 2017 Ibu Emi kembali diundang untuk mengikuti workshop
Literasi di Kota Batam. Tidak ingin
melewatka kesempatan emas ini, beliau bersama beberapa peserta lainnya menyempatkan
mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.
Karena kegemaran menulisnya maka sehari saja di kota lion mampu
melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Karya ini sekedar karena
tak ingin melewatkan kesempatan baik bisa jalan-jalan ke Singapura. Kapan lagi
mendapatkan kesempatan baik seperti itu yang kebetulan bertepatan dengan
liburan sekolah. Jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di
sekolah.
Paska
menyandang predikat juara I inobel nasional di tahun 2016 maka tahun 2017 Ibu
Emi belum boleh mengikuti lomba yang sama. Sehingga untuk mengusir rasa
kesepian maka beliau mengajak teman-teman alumni finalis inobel nasional untuk
menulis bersama dalam satu buku. Jadi istilahnya Patungan Buku Inspiratif.
Buku tersebut
berisi banyak hal, bukan hanya karya yang bersifat ilmiah namun juga
menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,
berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih
banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan tidak
hanya menerbitkan buku-buku patungan namun saat ini lebih banyak menerbitkan
SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Hingga tahun
2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Oleh karena sejak tahun 2018 grup patungan ini
lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup akhirnya diubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).
Semenjak berganti nama kemudian beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai
berdatangan. Misalkan dari Kota Bogor,
Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain untuk menjadi nara
sumber pada beberapa kegiatan seminar maupun workshop.
Di Kota
Bojonegoro sendiri, Ibu Emi aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru
(PBG). Beliau setiap saat harus siap
menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan. Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru yang
tempatnya bisa di PBG pusat maupun di PBG kecamatan.
Selain di PBG,
beliau juga aktif di PGRI. Yaitu sebagai
juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku. Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih
inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. Menghimbau agar
guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karyanya ke media. Karena memang pengalaman Menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti guru sudah terus menerus belajar menulis.
TAHUN 2019
Tahun 2019 Ibu
Emi mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya yang ditulis bersama sang suami ini
dimaksudkan agar terjalin ikatan pernikahan yang semakin bahagia. Karya
berikutnya yang diterbitkan yaitu 2 buku tunggal dan beberapa buku
patungan. Buku tunggal yang pertama
berbahasa jawa yang menceritakan pengalaman selama perjalanan haji dan
umrah. Sedangkan buku tunggal yang ke
dua yaitu kumpulan esai Menulis dan Menerbitkan Buku Sampai Keliling Nusantara
dan Dunia. Inilah impian Ibu Emi yang
menjadi kenyataan.
Seperti biasa
buku patungan yang dihasilkan yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan
bersama grup Penerbit Buku
Inspiratif. Termasuk menulis
bersama penerbit Pustaka Ilalang dan penerbit lainnya meskipun yang paling
banyak adalah menulis di Penerbit Majas Grup.
Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan
Dwi Putra Jaya. Judul buku yang pernah diterbitkan bersama siswa adalah Siswa
Wasis, Lilani Aku dadi Srengenge, KAI (Kelas Anak Istimewa), KAH (Kelas Anak
Hebat) dan lain-lain.
Di tahun 2020
ini Ibu Emi lebih memilih berkonsentrasi untuk mengelola perpustakaan pribadi
menjadi Taman Baca Masyarakat yang diberi nama TBM Kinanthi. Kegiatan rutin di
Taman Baca ini adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis. Tentu saja perlombaan
yang diselenggarakan di TBM Kinanthi berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain karena
memang bertujuan memotivasi maka semua peserta lomba sudah bisa dipasti menjadi
juara, yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan. Sampai saat ini di
TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis yaitu 4 kali pelatihan langsung dan yang sekali
webinar. Selain itu juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih proses
di percetakan.
Dalam bulan Oktober
sebagai Bulan Bahasa TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk
siswa SD/MI. Kegiatan ini bertujuan
untuk menanamkan kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa khususnya
geguritan (Puisi Jawa Modern). Dan masih
bayak lagi agenda kegiatan yang direncanakan di tahun 2021. Puji syukur kegiatan di TBM Kinanthi didukung
oleh beberapa lembaga diantaranya Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Penerbit
Majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.
Bagi Ibu Emi, menulis
dan menerbitkan buku itu ternyata mudah dan sangat murah. Bagi beliau, buku
adalah bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia
ini. Jika ingin lancar menulis cerpen, banyak-banyaklah membaca cerpen. Jika ingin lancar menulis puisi, maka
banyak-banyaklah membaca puisi, demikian juga yang lain. Itulah tips yang
disampaikan kepada para peserta di kelas belajar menulis. Beliau juga mengajak untuk
metulis sejarah sendiri. Jangan tunggu
orang lain menulis tentang diri kita.
Tips lain yang
beliau sampaikan yaitu, jika mengalami kebuntuan dalam menulis maka segera
jalan-jalan mencari bahan bacaan baru. Kemudian bergaulah dengan para penulis,
sehingga adrenalin untuk menulis akan meningkat drastis. Termasuk masuk didalam grup-grup pelatihan
menulis seperti kelas belajar menulis Om Jay.
Ibu Emi sering
membawa buku bacaan atau buku cerita ke dalam kelas, kemudian meminta salah
seorang siswa membaca di depan kelas.
Sedangkan siswa yang lain mendengarkan.
Lalu semua siswa menulis ringkasan ceritanya. Selanjutnya salah satu siswa
ditunjuk secara acak untuk membacakan ringkasan ceritanya. Jadi semua harus siap jika ditunjuk, sedang
yang lain cukup di tanda tangani. Jika
hal ini dilakukan 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai maka lama
kelamaan siswa akan terbiasa menulis.
Bu Emi
menjadwalkan diri setiap hari harus menulis. Masing-masing kita punya waktu 24
jam sehari semalam, maka luangkan waktu 10 sampai 20 menit saja untuk menulis. Kalau
bisa setelah tahajud tapi kalau tidak bisa maka kapanpun bisa. Tidak semua
tulisan beliau diterbitkan, beberapa dibiarkan saja menjadi tabungan di laptop
atau blog.
Buku adalah
bukti sejarah yang merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu beliau ingin mengabadikan
setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.
Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.
0 comments:
Post a Comment