Thursday, August 27, 2020

Powerfull Menulis bersama Prof. Eko Indrajit

Berada di komunitas belajar menulis saja sudah membakar semangat untuk bisa mengikuti jejak teman teman yang sudah lebih dulu bergabung sampai bisa menghasilkan karya. Terlebih malam ini, menjadi special moment karena hadir bapak Prof. Eko Indrajit kepala SLCC PGRI. Beliau telah menerbitkan lebih dari 50 buku. 

Mengenal Prof. Eko Indrajit

Sebagian besar karya Prof. Eko Indrajit dipublikasikan dalam bahasa indonesia dan ada beberapa diantaranya dalam bahasa inggris. Sementara untuk artikel dan jurnal sudah ratusan yang beliau buat dan share secara gratis kemana-mana. 

Beliau rajin menulis semenjak semester 1 di ITS tahun 1988. Ketika itu kegiatan menulis dilakukan karena kesepian berada di kos-kosan dan jauh dari orang tua. Karena sering menulis maka jadi banyak teman. Dari banyak berteman itulah justru memberikan kesempatan untuk sharing mengenai banyak hal sampai akhirnya dapat berkolaborasi.

Semasa kuliah di Institut Teknologi 10 November Surabaya jurusan Teknik Komputer, beliau sering menulis di majalah-majalah komputer. Terkenang dengan artikel pertama yang dimuat di majalah Mikrodata, majalah yang mengupas serba-serbi perkembangan teknologi informasi.

Ternyata beliau senang menulis karena semasa kecil senang membaca buku. Buku-buku favoritnya adalah karya-karya Karl May, RA Kosasih, Album Cerita Ternama, Cerita Lima Benua, Alfred Hitchcock dan lain-lain. Dan santapan sehari-harinya adalah majalah anak-anak seperti Bobo, Kuncung, Kawanku dan lain-lain. Sewaktu SMP dan SMA sekolah beliau mewajibkan membaca karya sastra Indonesia dan membuat sinopsisnya. Dan kala SMA selalu memegang record selama 3 tahun studi membuat 113 sinopsis dari karya-karya sastra Indonesia. Buku yang dibacanya semua karya pujangga lama dan pujangga baru, seperti : Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Perawan di Sarang Penyamun dan sebagainya. 

Prof. Eko sangat produktif dan bertangan dingin. Apa saja bisa jadi ide, hampir semua yang ada dibenaknya bisa menjadi buku. Beliau berkolaborasi menulis bersama guru-guru hebat dari berbagai wilayah di Indonesia. Sepuluh buku hasil kolaborasi sudah diterbitkan oleh penerbit ANDI. Dan beliau merasa senang bisa membantu mewujudkan mimpi guru-guru Indonesia untuk menulis hingga menerbitkan buku. 

Kegemaran menulis ternyata diawali dari sang ayah karena tuntutan pekerjaan sebagai pegawai pemerintah. Setelah 35 tahun berkarya dan pensiun, beliau mengajaknya untuk menulis bersama. Duet ayah dan anak ini menghasilkan kurang lebih 10 buku. Bahkan di usia yang ke 79 sang ayah masih gemar menulis untuk mencari kesibukan dan agar tidak pikun, bahkan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitarnya. Hingga saat ini ayahanda sudah menulis kurang lebih 20 buku dan diterbitkan dimana-mana. Bagi Prof. Eko keluarga adalah segalanya dan keluarga adalah nomor satu. Karena dari keluarga inilah sumber inspirasi, motivasi dan energi.

Bagi Prof. Eko sebenarnya moto hidupnya sederhana, yaitu "cara menabung paling mudah adalah dengan cara membagi. Maka dengan menulis beliau dapat memberikan pemikirannya kepada orang lain walaupun sederhana. Dengan demikian, tabungan jumlah teman dan jejaring akan semakin meluas. Dari situlah akan didapat warna-warni kehidupan yang sebelumnya tidak terpikirkan, contohnya bisa keliling Indonesia dibayarin orang lain berhasil menjadi kenyataan karena menulis. Begitu banyak peristiwa indah yang beliau alami. Salah satunya adalah ketika tumbuh kecil di Dumai, Riau. Merasakan hidup di depan hutan bersama teman-teman dengan rumah-rumah tanpa pagar.

Dalam tanya jawab bersama bapak ibu guru di kelas belajar menulis, untuk anak milenial menurut Prof. Eko, kriteria buku yang bagus dan bergizi tapi juga menarik adalah kisah-kisah kepahlawanan atau yang heroik, tapi perlu dipahami bahwa anak-anak sekarang tidak suka baca yang tebal-tebal. Bapak ibu guru bisa menyediakan buku-buku yang berisi kisah-kisah ringkas para pahlawan. Kemudian mulai membuat ujian multiple choice online dengan bahan dari buku-buku cerita tersebut, maka mereka akan mulai tertarik dan mau membaca dengan serius. Cara lain yaitu mencari buku-buku yang sudah ada filmnya, contoh seperti "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" kemudian minta anak-anak melihat perbedaannya. Suruh mereka nonton dulu filmnya baru kemudian baca bukunya. Dengan membaca karya sastra sebetulnya kita belajar keindahan dan kosa kata baru. Dengan keindahan maka suara hati kita akan terasah. Dari sinilah anak-anak kita mendapatkan benih-benih karakter yang baik. Setiap hari bisa sekolah dan bermain sampai maghribbersama seluruh laskar pelangi kala itu, sungguh merupakan kenangan yang tak bisa tergantikan.

Semua Orang Bisa Menulis

Menyimak kisah penulis-penulis hebat yang menginspirasi membuktikan bahwa semua orang bisa menulis, termasuk menerbitkan hasil karya tulisnya dalam sebuah buku. Benang merah dari kisah hebat para penulis adalah satu, yaitu kemauan. Seperti pepatah, dimana ada kemauan disitu ada jalan. 

Menurut Prof. Eko jika kita senang ngobrol berarti kita punya bakat menulis, karena yang kita obrolkan bisa ditulis. Ada lagi jika kita senang berfikir berarti kita juga punya modal untuk menulis, karena apa yang kita pikirkan dapat ditorehkan dalam sebuah tulisan. Prof. Eko sendiri selalu menulis satu halaman sebelum tidur, apa saja yang ada di kepala bisa ditulis. Jika satu hari satu halaman berarti tiga bulan bisa seratus halaman. Menulis paling mudah adalah sesuai dengan tema yang kita sukai atau kita kuasai. Bagi pemula memang menyusun kalimat pertama tidak mudah, akan tetapi jika sudah berhasil maka lama-lama akan mengalir dengan sendirinya. Menulis adalah literasi yang semua orang bisa lakukan. Mereka yang berbakat adalah yang mampu membuat karya-karya publikasi best seller. Tapi semua orang pasti bisa menulis. Peribahasa yang tepat adalah "ala bisa karena biasa". Walaupun kecil dan sederhana karya tulisnya, lama-lama kalau sudah terbiasa akan menjadi karya intimewa.

Sebetulnya teknik untuk mengawali tulisan itu mudah saja menurut beliau, yaitu gunakan bahasa selayaknya orang mengobrol biasa, biarkan mengalir dengan natural. Setelah jadi baru kemudian pelan-pelan baru kita edit, kalau perlu minta bantuan teman atau orang lain untuk mengeditnya. Beliau dulu suka menulis di kos-kosan selain karena kesepian juga karena ingin agar hidup lrbih mrmiliki arti bagi orang lain. Mengutip syair Chairil Anwar, "aku ingin hidup seribu tahun lagi". Jika kita menulis dan ada jejak digitalnya di internet maka anak cucu cicit kita akan mengenal siapa nenek moyangnya dahulu.

Prof. Eko menyemangati, jika suatu saat kita berada dalam situasi yang kurang bersahabat, situasi yang kurang nyamanatau dalam kondisi terpuruk, cobalah berfikir bahwa masih ada jutaan orang yang tidak seberuntung seperti hidup kita. Coba introspeksi dan senantiasa bersyukur dengan segala yang Allah telah berikan kepada kita. Contohnya ketika kita tidak sehat disitulah agar terbentuk antibodi dalam tubuh kita, demikian pula ketika dalam keadaan terpuruk, pun agar kita kuat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Tidak penting berapa kali kita jatuh, yang jauh lebih penting adalah berapa kali kita berani bangun dari keterpurukan  dan move on untuk kembali memberikan apapun yang terbaik untuk orang lain. "If you dreams you can do it" kalimat penutup dari beliau untuk menggerakkan guru-guru hebat Indonesia mewujudkan mimpi menerbitkan banyak buku.

Sungguh luar biasa bersama dengan orang-orang hebat bersemangat mewujudkan karya. Mari terus melangah, terus menulis, terus berkarya, terus berprestasi.

Salam Literasi.