Narasumber : Abdul Hakim Busro
“Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh
oleh ketakutan.”
(Abdul Hakim Busro)
Kecerdasan berbahasa
akan membuat kita menjadi sosok yang luar biasa. Itulah yang disampaikan oleh
Bapak Abdul Hakim, narasumber kelas belajar menulis kali ini. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Yayasan Pupuk Kaltim,
Bontang, Kalimantan Timur. Prestasina luar biasa, dari mulai Juara lomba
kreatifitas guru tingkat nasional hingga Juara Olimpiade Guru Nasional.
Belajar berkomunikasi
seperti halnya belajar bersepeda, jika kita sering berlatih maka akan semakin
terampil. Ada empat tingkatan kemahiran berbahasa. Hal yang pertama adalah
mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca dan yang keempat adalah
menulis. Inilah keterampilan berbahasa
yang perlu untuk selalu diasah dan ditingkatkan.
Pak Hakim
memulai dengan sebuah kalimat bijak. Membaca adalah gerbang utama sekaligus
kunci pembuka bagi yang ingin menggenggam keberhasilan (Abdul Hakim Busro). Dan
memang begitulah adanya, membaca akan menambah wawasan dan jumlah
perbendaharaan kata (kosakata) yang terekam dalam memori kita.
Kata adalah
senjata, karena semua berawal dari kata. Dengan kata, kita dapat memberikan
cinta, dengan kata pula dapat tergores luka hati. Juga dengan kata, kita dapat
berkreatifitas dengan banyak hal, menulis puisi, menulis cerita, memotivasi dan
sebagainya.
Untuk menjadi
penulis yang baik maka kita harus mengaktifkan kosakata lebih banyak lagi. Dari
109.000 kosa kata aktif yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2018,
seberapa banyak kah kosa kata yang sudah kita miliki? Maka sudah cukupkah modal
kosakata kita untuk menjadi penulis? Karena penguasaan kosakata berimplikasi
positif bagi keterampilan menulis dan berbicara. Itulah yang disebut dengan
komunikasi efektif.
Semakin banyak
kosakata yang kita miliki maka hasil karya tulis kita akan semakin baik. Kita
akan mampu memilih dan memilah kosakata yang sesuai dengan konteks tulisan yang
kita buat. Kalimat demi kalimat akan tersusun dengan lebih baik dan tidak
membosankan. Kita tidak akan mengulang-ulang kata-kata yang sama sehingga membosankan.
Seorang penulis
akan merangkai kata menjadi sebuah teks maupun menjadi sebuah paragraph. Maka diperlukan
perbendaharaan kosakata yang banyak untuk bisa menulis. Jika kita minim literasi,
maka jangankan satu paragraph atau sebuah teks, bahkan memulai kalimat pertama
saja akan merasa kurang yakin.
Kita mulai belajar dari “kata”, karena semua
tulisan akan berawal dari kata. Menguasainya dengan baik adalah kunci untuk
melanjutkan langkah-langkah berikutnya Maka, banyak-banyaklah membaca untuk
memperkaya kosakata dan pengetahuan kita.
Membaca dapat
membuat otak tetap aktif dan bereaksi untuk melakukan fungsinya secara baik.
Membaca juga dapat memperkuat kemampuan berpikir dan menganalisis. Orang-orang
hebat adalah mereka para pembaca hebat. Konsep membaca adalah budaya membaca
apapun yang dianggap penting, meskipun kita sedang tidak membutuhkan sesuatu. Artinya,
membaca tidak hanya karena kepepet dituntut harus membaca karena suatu tugas,
melainkan sudah menjadi budaya membaca. Hal ini mampu memperkaya memori kita,
sehingga pada saat dibutuhkan maka akan mampu memanggil dan meramunya menjadi
satu tulisan yang menarik.
Membaca,
mendengar, menulis dan berbicara adalah
keterampilan berbahasa yang harus terus dilatih. Orang yang berlatih menulis
dan berbicara tetapi minim membaca akan berbeda dengan orang yang berlatih
menulis, berbicara dan gemar membaca.
Apa yang kita baca maka akan mampu membuat
kita lebih terampil dalam keterampilan berbahasa baik tulis maupun lisan. Dan salah
satu menampilkan citra diri yang baik yaitu berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan dengan baik.
Menulis memang
tidak harus dengan kata-kata tertentu yang sulit, tetapi tulisan dengan variasi
kosakata yang banyak maka akan menjadi lebih menarik. Sehingga membaca akan
menjadi rekreasi tersendiri. Variasi membaca juga diperlukan, jadi tidak terpaku
pada satu atau dua jenis bacaan. Membaca buku biografi, membaca majalah,
sejarah maupun info terkini diperlukan untuk kolaborasi sebuah tulisan.
Selain tentang
kosakata. sekurangnya ada dua lagi yang perlu untuk dipelajari yaitu tentang
konsep berbahasa dan bagaimana pengutamaan Bahasa Indonesia dalam konteks yang
tepat di kehidupan seharai-hari. Menulis menggunakan bahasa seprti apa, itu
tergantung dari jenis tulisan kita. Tidak selalu harus menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai EYD atau sesuai bahasa baku dalam KBBI. Akan tetapi,
menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan konteksnya dan sesuai dengan kebutuhannya itu
"wajib" hukumnya.
Jadi bingkai
tulisan sepatutnya dupayakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selebihnya
bisa sesuai kebutuhan. Tentu saja secara penulisan harus dicetak miring jika
memang itu bukan bahasa baku. Dalam konteks cerita, misalnya cerpen maka
kata-kata yang digunakan dalam bentuk kalimat percakapan yang ditandai dengan
tanda kutip agar lebih fleksibel.
Menulis didalam
blog menurut Pak Hakim, panjang atau pendeknya tulisan bukanlah sebuah batasan,
tetapi bagaimana sebuah tulisan sudah mampu mewadahi apa yang menjadi keinginan
kita dalam menulis. Sudahkah tersampaikan ide atau gagasan dalam tulisan kita. Jadi
ukurannya apakah kira-kira jika dibaca orang, tulisan kita sudah cukup jelas
maksudnya.
Pada akhirnya yang
menemukan kesadaran untuk memiliki budaya membaca adalah diri kita sendiri. Termasuk
membiasakan diri membaca dari hal-hal yang ringan. Jika kita sudah mulai
menyadari pentingnya membaca maka seharusnya sudah mampu menggerakan kita untuk
membaca. Karena memang berbahasa adalah keterampilan yang harus dilatihkan
secara berulang atau terus-menerus.
Teruslah membaca
dan berkarya
Lengkap sekali .....
ReplyDeleteTapi yang paling saya suka, yang ini :
Membaca, mendengar, menulis dan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang harus terus dilatih.
Semangat terus Bu Wiwi
Ayo Terus Menulis
Terima kasih pak Indra.. sy belajar banyak dari teman teman semua termasuk pak Indra
DeleteHebat ibu, mendetil sekali, mengingatkan kembali isi kuliah td malam, makasih bu...
ReplyDelete